PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Islam
di Turki
Pada
awalnya wilayah turki saat itu dikuasai oleh kerajaan Bizantium, sebuah
kerajaan pada masa itu pada awal abad Masehi. Kerajaan Bizantium ini dikuasai
oleh kerajaan Romawi selama kurang lebih 4 abad.
Pada
tahun 395 kerajaan Romawi terpecah dua, Romawi Barat dan Romawi Timur. Kemudian
di tangan kerajaan Romawi timur, Bizantium itu kemudian dirumah namanya menjadi
Konstantinopel dan dijadikan ibukota. Sebaliknya Romawi Barat kala itu jatuh ke
kekuasaan barbar (Goth) sekitar tahun 476 M.
Sejak
akhir abad ke-7 M, bangsa Turki yang mendiami wilayah Asia Tengah mulai
mengenal agama baru ,Islam. Media yang memperkenalkan mereka dengan Islam
adalah adanya hubungan dagang .Bangsa Arab yang piawai dalam perdagangan sejak
sebelum Islam telah berperan besar dalam perdagangan di wilayah jalursutera. Dominasi
mereka semakin menonjol setelah mereka memeluk Islam.Mereka bukan saja melakukan
perdagangan tetapi juga menyebarkan Islam karena kontak dagang bangsa Turki
yang bertempat tinggal di bagian wilayah Asia Tengah ini pedagang muslim Arab
telah memperkenalkan Islam kepada bangsa Turki .Untuk maksud
ini,pedagang-pedagang Arab memasuki wilayah Turki dengan menembus rute-rute
perjalanan baru yang bisa member manfaat bagi pengembangan Islam dan
perdagangan .Langkah ini telah membuat bangsa Turki mengenal Islam melalui
perhatian mereka atas budaya dan praktek agama yang dilakukan oleh bangsa Arab.
Sekalipun
pada abad-abad pertama hijrah penaklukan telah dilakukan kedalam wilayah Turki,
disamping usaha-usaha mempertahankan diri dari jarahan orang-orang
Turki,keberhasilan pasukan Muslim memiliki sedikit pengaruh terhadap Islamisasi
penduduk Turki. Dasar yang diletakan oleh nabi bagi orang-orang Ethiopia
diterapkan kepada penduduk Turki : kebebasan beragama.. Islam diipeluk
orang-orang Turki pada abad ke-4 (ke-10) secara sukarela pada tahun 291 (904)
gelombang terakhir masuknya orang-orang kafir Turki keperbatasan wilayah Islam,
yakni kerajaan Samaniyyah,dipukul mundur. Orang-orang muslim memasuki Bukhara
dengan kemenangan untuk pertama kali. Bahkan yang lebih penting lagi Bukhara
dengan kemenangan untuk pertama kali. Bahkan yang lebih penting lagi adalah
penaklukan Asia Kecil oleh Saljuq pada abad ke-5 (ke-11).
Kemudian
pada abad ke dua belas, wilayah konstantinopel ini kemudian dikuasai oleh
Kesultanan/kekhalifahan Ottoman. Yang pada saat penaklukannya itu dipimpin oleh
Muhammad al-Fatih. dan menurut sejarah pada masa raja inilah masa keemasan
Kerajaan Turki Ottoman karena ditopang oleh rasa keagamaan Islam yang kental.
Istanbul kemudian menjadi ibukota Turki Usmani.
Perkembangan Hukum Islam Di Turki
Perkembangan hukum Islam di Turki dapat dibagi ke dalam tiga
periode besar yaitu: periode awal (650-1250), periode pertengahan (1250-1800),
dan periode modern (1800 sampai sekarang).
Pada periode awal, hukum Islam dilaksanakan secara murni sesuai dengan
ajaran Alquran dan Sunnah bahkan cenderung tradisional dan konservatif.
Pada periode pertengahan sudah ada usaha untuk memasukkan hukum Islam ke dalam perundang-undangan negara. Dan di akhir periode pertengahan tersebut pemikiran pembaharuan hukum Islam sudah mulai muncul.
Pada periode modern terjadi pembaruan besar-besaran di Turki termasuk upaya Turkinisasi Hukum Islam yang dipelopori oleh Mustafa Kemal.
Pada periode pertengahan sudah ada usaha untuk memasukkan hukum Islam ke dalam perundang-undangan negara. Dan di akhir periode pertengahan tersebut pemikiran pembaharuan hukum Islam sudah mulai muncul.
Pada periode modern terjadi pembaruan besar-besaran di Turki termasuk upaya Turkinisasi Hukum Islam yang dipelopori oleh Mustafa Kemal.
B.
Pemikiran Modern Kemal Attaturk dan Pengaruhnya
1.
Biografi
Mustafa Kemal
Mustafa
Kemal lahir di
Salonika pada tahun 1881, orang tuanya Ali Riza bekerja sebagai pegawai biasa
di salah satu Kantor Pemerintah di kota itu.
Ibunya bernama Zubeyde, seorang wanita yang perasaan keagamaanya sangat
dalam. Ia seorang pemimpin Turki baru, yang menyelamatkan
Kerajaan Usmani dari kehancuran total dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa.
Ia adalah pencipta Turki modern dan atas jasanya ia mendapat gelar Attaturk (Bapak Turki). Tatkala dipindahkan ke suatu desa di lereng gunung Olimpus,
Ali Riza berhenti dari pekerjaanya sebagai pegawai Pemerintah dan membuka
lapangan perdagangan kayu. Di daerah itu
memang banyak terdapat kayu. Tetapi
dagangannya banyak diganggu oleh kaum perampok yang berkeliaran di daerah itu.
Ia pindah ke perusahaan lain tapi gagal.
Dalam keadaan susah, ia ditimpa penyakit dan tidak lama kemudian
meninggal dunia.
Pada permulaan masa
belajarnya, atas desakan ibunya, ia dimasukkan ke madrasah, tetapi karena tidak
senang belajar di sana, ia selalu melawan guru. Ia kemudian dimasukkan orang tuanya ke sekolah
dasar modern di Salonika. Selanjutnya, ia memasuki Sekolah Militer Menengah
atas usahanya sendiri. Dalam usia empat
belas tahun, ia tamat dari sekolah ini dan meneruskan pelajaran pada Sekolah
Latihan Militer di Monastiri. Pada tahun
1899, setelah menyelesaikan pelajaran di Sekolah Latihan Militer, ia memasuki
Sekolah Tinggi Militer di Istambul.
Ijazahnya ia peroleh enam tahun kemudian dan ia mendapat pangkat kapten.
Ketika
belajar, Mustafa Kemal sudah mengenal politik melalui temannya yang bernama Ali
Fethi. Dialah yang mendorongya untuk
memperkuat dan memperdalam pengetahuan tentang bahasa Perancis sehingga ia
dapat membaca karangan filosof-filosof Perancis seperti Rousseau, Voltaire,
Ausguste Comte, Montesquie dan lain-lan.
Di samping itu , sejarah dan sastra juga menarik perhatiannya.
Tatkala
Mustafa Kemal belajar di Istambul, terjadi penolakan terhadap kekuasaan Sultan
yang absolut, yakni sultan Abdul Hamid.
Pada saat itu, Perkumpulan rahasia dari berbagai kalangan masyarakat
terbentuk. Mustafa beserta teman-temannya dari kalangan sekolah membentuk suatu komite rahasia dengan
menerbitkan surat kabar yang ikut mendukung kritikan terhadap pemerintah absolut
Sultan.
2. Pemikiran Kemal Attaturk
a. Politik
Mustafa Kemal
Mustafa
Kemal Setelah selesai belajar, ia terjun dalam bidang politik. Dari kegiatan
politik yang ia lakukan menjadikan Mustafa bersama teman-teman
seperjuangan ditangkap dan selanjutnya dimasukkan ke dalam penjara selama
beberapa bulan. Setelah itu, ia
bersama teman-temannya diasingkan ke luar Istambul. Mustafa Kemal dan Ali Fuat
dibuang Ke Suriah.
Selama
masa pembuangan, ia tidak melepaskan kegiatan politik dan sering mengadakan
pertemuan dengan para pemuka yang dibuang ke negeri ini.
Pada
tahun 1906 terbentuklah perkumpulan vaton (tanah
Air). Mustafa Kemal menjabat sebagai
perwira sehingga dapat berkunjung ke kota-kota lain. Untuk membentuk cabang-cabang di daerah lain,
seperti Yaffa, Yerussalem dan Bairut, ia tidak terlalu mengalami kesulitan,
seingga ia menemukan daerah yang strategis, yakni di Salonika.
Cuti
sakitnya yang diperolehnya, ia gunakan untuk mengunjungi kota kelahirannya.
Kesempatan itu juga tidak disia-siakan untuk membentuk cabang dari perkumpulan
yang didirikan di Damsyik. Hanya saja nama cabang di daerah kelahirannya diubah
menjadi varon ve Hurriyet (tanah air dan Kemerdekaan).
Selanjutnya
pada tahun 1907 Mustafa Kemal dipindahkan ke Salinika untuk bekerja sebagai
staf umum. Di daerah ini, perkumpulan
Persatuan dan Kemajuan telah terbentuk sekaligus merupakan pusat perkumpulan
persatuan dan kemajuan. Perkumpuan
Persatuan dan Kemajuan mempunyai pengaruh yang lebih besar di bandingkan
perkumpulan vaton ve Hurriyet. Dengan berbagai pertimbangan, Mustafa
turut menggabungkan diri dalam gerakan Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan. Saat itu ia tidak memegang peranan yang
berarti karena belum dapat menandingi para seniornya seperti Enver, Talet dan
Jewal.
Pada saat dilangsungkannya
konferensi Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan yang diadakan di Salonika, ia
diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya, Mustafa memberi isyarat
tetang bergabungnya partai dan tentara menjadi satu dalam perkumpulan
tersebut. Mustafa mempunyai pandangan
bahwa: Penggabungan tersebut tidak menguntungkan dalam suatu perjuangan. Agar
negara dan Konstitusi dapat dipertahankan, diperlukan tentara yang kuat di satu
pihak dan partai yang kuat di pihak lain. Perwira yang harus tunduk kepada kepala dapat
menjadi prajurit yan tidak baik dan sekaligus juga politikus yang tidak
baik. Ia akan mengabaikan
kewajiban-kewajiban militernya sehingga mempermudah musuh mengadakan gerakan
perlawanan seperti yang diadakan oleh Sultan Abdul Hamid. Dalam pada itu,
hubungannya dengan rakya terputus dan terjadilah kekacauan politik seingga
timbullah perasaan tidak senang di kalangan rakyat. Perwira diberi
altenatif memilih, tinggal dalam partai dan keluar dari tentara atau tinggal
dalam tentara dan keluar dari partai.
Selanjutnya harus dikeluarkan undang-undang yang melarang perwira
menjadi anggota partai. Pendapatnya ini kurang mendapat sambutan dari konferensi.
Mustafa
Kemal dan Ali Fathi tidak sependapat dengan politik yang dilakukan oleh Ever,
Talet dan Jemal. Tanpa segan, Mustafa, dan Ali mengeluarkan kritik terhadap
tiga pemimpin tersebut. Selanjutnya pada
tahun 1913 Ali dibuang ke Sofa sebagai Duta, sedangkan Mustafa ikut sebagai
Atase Milliter. Dari situlah Mustafa
berkenalan langsung dengan peradaban Barat yang menarik perhatiannya, terutama
pemerintah parlementer.
Tatkala
pecah Perang Dunia I, Mustafa ditarik kembali menjadi Panglima Militer Devisi
19. Dalam medan pertempuran, ia mampu
menunjukkkan keberanian dan kecakapannya di daerah Gallipo dan daerah
perbatasan Kaukakus. Karena kemampuan dan kecakapannya dalam medan pertempuran,
ia dinaikkan pangkatnya dari kolonel menjadi Jenderal. Mustafa juga menerima
gelar Pasya. Hubungannya dengan para pemimpin Perkumpulan Persatuan dan
Kemajuan, tetap kurang lancar. Mustafa menyalahkan politk Enver Pasya dan kawan
kawannya yang melibatkan Kerajaaan Usmani dalam kancah Perang Dunia I. Ia pun mengundurkan idri dari perkumpulan
tersebut.
Selesai
Perang Dunia I, Mustafa diangkat menjadi Panglima dari semua pasukan yang ada
di Turki. Ia ditugaskan untuk
membebaskan daerah-daerah yang telah jatuh ke tanggan sekutu, seperti Izmir dan
Smyrna dari penguasa asing. Dengan
bantuan dari kalangan rakyat yang membentuk gerakan-gerakan pembela tanah air,
ia dapat memukul mundur dan membebaskan daerah wilayah Turki dari penjajah
asing.
Kemudian
bersama teman-teman yang berhaluan nasionalis, seperti Ali Fuad, Dauf dan
Refat, ia menentang perintah-perintah yang datang dari Sultan di Istambul,
karena perintah itu banyak bertentangan dengan kepentingan Nasional Turki.
Sultan Istambul saat itu masih berada di bawah pengaruh sekutu.
Dalam
keadaan seperti itu Mustafa melihat perlunya diadakan pemerintahan tandingan di
Anatolia. Segera ia dengan
rekan-rekannya mengeluarkan maklumat yang berisi pernyataan-pernyataan berikut:
1)
Kemerdekaan tanah air sedang dalam keadaan
bahaya
2)
Pemerintah di ibukota terletak di bawah
kekuasaan Sekutu dan oleh karena itu tidak dapat menjalankan tugas
3)
Rakyat Turki harus berusaha sendiri untuk
membebaskan tanah air dari kekuasaan asing.
4)
Gerakan pembela tanah air yang telah ada harus
dikoordinasikan oleh panitia nasional pusat.
5)
Untuk itu perlu diadakan kongres.
Dengan tersiarnya pengumuman ini, Mustafa
diperintahkan datang ke Istambul, tetapi ia menolak sehingga ia dipecat dari
jabatannya sebagai Panglima. Mustafa keluar dari dinas tentara dan ia diangkat oleh Perkumpulan Pembela Hak-hak
Rakyat cabang Erzurum sebagai ketua.
Kongres yang diadakan pertama kali di Erzurum
menghasilkan untuk membela serta
mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan tanah air dan mengadakan rapat Majelis
Nasional dalam waktu singkat. Kongres
kedua diadakan di Sivas dan disini diputuskan Turki harus bebas dan merdeka dan
selanjutnya dibentuk Komite Perwakilan Rakyat.
Mustafa jadi Ketua.
Dalam pada itu, juga diadakan pemilihan utnuk
Parlemen di Istambul dan golongan nasionalis memperoleh mayoritas. Namun
Parlemen tidak dapat bekerja karena selalu mandapat intervensi dari kalangan
Sekutu dan akhirnya menunda pengadaan rapat sampai waktu tidak tentu. Banyak
dari anggotanya menggabungkan diri dengan Mustafa di Anatolia.
Atas usahanya dapat dibentuk Majelis Nasional
Agung pada tahun 1920. Dalam sidang di Angkara, yang kemudian menjadi ibukota
Republik Turki, ia dipilih sebagi Ketua.
Dalam sidang tiu diambil keputusan-keputusan berikut:
1)
Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat
Turki
2)
Majelis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat
tertinggi
3)
Majelis Nasional Agung bertugas sebagai badan
legislatif dan badan eksekutif
4)
Majelis Negara yang anggotanya dipilih dari
Majelis Nasional Agung menjalankan tugas pemerintah
5)
Ketua Majelis Nasional Agung merangkap jabatan
Ketua Majelis Negara.
Usaha yang dilakukan terus menerus olehnya dan
teman-temannya digolongkan nasionalis sehingga dan menguasai lingkungan
sehingga sekutu mengakui mereka sebagai penguasa di Turki. Secara de facto de Yure , ditandatanganilah Perjanjian Lausanne
pada tanggal 23 Juli 1923 dan pemerintah Mustafa mendapat pengakuan secara
luar dari internasional.
Setelah perjuangan untuk
memperoleh kemerdekan dapat diraih, selanjutnya ia menghendaki perjuangan baru
lagi, yaitu perjuangan untuk meperoleh dan mewujudkan peradaban Barat di Turki.
Untuk
mewujudkan hararapan tersebut, ia mengadakan proyek pembaharuan dalam skala
besar.
b.
Sekularisme
Mustafa Kemal di Turki
Pemikiran pembaharuan yang dilakukan oleh
Mustafa Kemal dipengaruhi bukan hanya oleh ide-ide golongan Barat. Menurutnya
Turki dapat maju hanya dengan meniru Barat.
Menurut Ahmed Agouglu, Mustafa dalam salah satu
pidatonya menyatakan bahwa kelanjutan hidup di dunia peradaban modern
menghendaki agar masyarakat mengadakan perubahan dalam diri sendiri. Pada zaman yang ilmu pengetahuannnya membawa
perubahan terus menerus bagi bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan
tradisi tua dan usang, tidak dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat turki
harus diubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat dan segala
kegiatan reaksioner harus dihancurkan.
Lebih lanjut Ahmed mengatakan bahwa ketinggian
suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan dalam bagian tertentu
saja. Peradaban Barat dapat mengalahkan
peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya
saja, tetapi juga unsur tidak baiknya .
Peperangan antara Barat dan Timur adalah peperangan antara dua
peradaban, yaitu Peradaban Barat dan Islam.
Dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai dari pakaian,
perkakas rumah, sekolah dan institusi.
Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada
kemunduran Islam, sedangkan Barat dengan sekulerismenya menimbulkan peradaban
yang tinggi. Jika berkeinginan untuk
mempunyai wujud, rakyat Turki harus mengadakan sekulerisasi terhadap pandangan
keagamaan.
Konsep nasionalise menurut Mustafa adalah
nasionalisme Turki yang terbatas pada daerah geografisnya, dan bukan ide
nosionalisme yang luas. Daerah gerografis Turki menurut Piagam Nasional tahun
1920 ditetapkan bahwa Turki melepaskan tuntutan teritorial terhadap
daerah-daerah yang dahulu terletak di bawah Kerajaan Usmani kecuali daerah yag
didalamnya terdapat mayoritas Turki.
Westernisme, sekulerisasi dan nasionalisme menjadi dasar pemikiaran
pembaharuan yang dilakukannya.
Pembaharuannya terhadap bentuk negara dilakukan
melalui sekulerisasi. Pemerintahan dipisahkan dari agama. Sultan di Istambul
memang tidak ada lagi, namun sekutu masih menganggapnya sebagai penguasa Turki,
Oleh sebab itu Sultan yang diundang untuk menghadiri perundingan perdamaian di Lausanne.
Kemudian melalui sidang Majelis Nasional Agung
yang telah dibentuknya, Mustafa menjelaskan bahwa jabatan Khalifah dan jabatan
Sultan adalah terpisah. Khalifah berada di Baghdad (pusat) sedangkan Sultan berada
di daerah. Oleh karena itu Turki juga
harus dipisahkan. Akhirnya diputuskan
untuk menghapuskan jabatan Sultan dan yang ada adalah Khalifah yang tidak
mempunyai wewenang kekuasaan duniawi, tetapi kekuasaan spiritual.
Dengan demikian Khalifah-khalifah di Istambul
hanya merupakan lambang keislaman Turki. Penghapusan jabatan Sultan
menghilangkan dualisme pemegang kekuasaan duniawi. Dengan berbagai jalan diplomatik yang
ditempuh, bentuk negara disetujui melalui Konstitusi tahun 1921 menjadi Negara
Republik bukan kekhalifahan. Sebagai
Presiden terpilih adalah Mustafa Kemal Pasya.
Sekalipun bentuk negara
telah republik dan kepala negara seorang presiden, namun Khalifah yang dipegang
oleh Abdul Majid menimbukan kekacauan karena masih melaksanakan praktek-praktek
lama, yakni sebagai kepala negara , dengan mengirim atau menerima wakil-wakil
negara.
Selanjutnya, Mustafa
berusaha menghapuskan jabatan Khallifah, spaya dualisme kepala negara dapat
dihindari. Dengan
perdebatan yang sengit melalui Konverensi Majelis Nasional Agung pada tanggal 3
maret 1924 diputuskan menghapuskan jabatan Khalifah. Khalifah yang menjabat
saat itu diperintahkan meninggalkan Turki bersama keluarganya perdi ke Swiss.
Dengan demikian, dualisme kepala negara telah
hilang. Langkah mustafa selanjutnya adalah menghilangkan hubungan antara agama
dan negara yang masih dijamin dalam konstitusi sebelumnya. Berkat perjuangannya tercapailan harapan
untuk membentuk negara Turki Sekuler tahun 1937 setelah ia menanamkan prinsip
sekuler.
Dengan terbentuknya negara sekuler Turki,
lembaga –lembaga keagamaan yang terdapat dalam pemerintahan, seperti Biro
Syaikh Al Islam, Mahkamah Syariat dan sebagainya. Bersama itu pula dikeluarkan berbagai
peraturan atau undang-undang baru.
Westernisasi dan sekulerisasi yang dilakukan
oleh pemerintahan Mustafa bukan hanya pada bidang institusi, tetapi mencakup
bidang kebudayaan dan adat istiadat.
Sebab itu pemakaian terbus dilarang pada tahun 1925 dan sebagai gantinya
dianjurkan pemakaian topi Barat. Pakaian
keagamaan juga dilarang dan rakyat Turki harus mengenakan pakaian barat baik
pria atau wanita. Pada tahun 1935 dikeluarkan pula undang- undang yang
mewajibkan warga negara Turki mempunyai nama belakang. Hari cuti resmi mingguan
diubah dari hari Jumat menjadi hari Minggu.
Melihat perkembangan sebagaimana tersebut di
atas, Republik Turki merupakan negara Sekuler. Walaupun begitu, apa yang
diciptakan Mustafa Kamal belum negara yang betul- betul sekuler. Memang benar
telah dihapus pemakaiannya dan pendidikan agama dikeluarkan dari kurikulum
sekolah, tetapi Republik Turki Mustafa Kamal masih mengurus soal agama, melalui
Departemen Urusan Agama, sekolah- sekolah pemerintah untuk imam dan khatib dan
fakultas Ilahiyat dari Perguruan Tinggi Negara, Universitas Istambul.
Mustafa Kemal sebagaimana nasionalis dan
pengagum peradaban Barat tidak menentang agama islam. Baginya Islam adalah
agama yang rasional dan diperlukan oleh umat manusia. Namun, agama yang
rasional ini telah dirusak oleh tangan manusia. Oleh sebab itu, ia melihat
perlunya diadakan pembaharuan dalam soal agama untuk disesuaikan dengan bumi
Turki. Al Quran perlu diterjemahkan ke dalam bahasa agar mudah dipahami rakyat
Turki. Azan dalam bahasa Turki mulai dilaksanakan pada tahun 1931. Fakultas
Ilahiyat dibentuk untuk mempelajari pembaharuan yang diperlukan itu. Namun,
usaha itu tak berhasil dan pemikiran untuk mengadakan pembaharuan dalam islam
melalui Pemerintahan ditinggalkan.
Sekularisasi yang dijalankan oleh Mustafa
Kemal, tidak menghilangkan agama. Sekularisasinya berpusat pada kekuasaan
golongan utama dalam soal negara dan dalam soal politik. Oleh karena itu,
pembentukan partai yang berdasarkan agama dilarang, seperti partai Islam,
partai Kristen, dan sebagainya. Yang terutama ditentangnya adalah ide Negara
Islam, dan pembentukan negara Islam. Negara mesti dipisahkan dari agama.
Institusi-institusi negara, sosial ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan
harus dibebaskan dari kekuasaan syariat. Negara dalam pada itu, menjamin kebebasan
bagi rakyat.
Paham sekularisme dan
sekularisasi yang dijalankan Mustafa Kemal mendapat tantangan keras dari
golongan Islam, tetapi ia berhasil melumpuhkannya.
Itulah pembaharuan yang
telah dilakukan oleh Mustafa Kemal Pasya yang mewakili dari golongan nasionalis
Turki. Ia meninggal
dunia pada tahun 1938.
C. Sejarah Perkembangan Islam di India
1.
Masuknya Islam
di India
Islam
diperkirakan masuk ke India pada abad ke tujuh melalui jalur
perdagangan. Dalam rangka perluasan wilayah Islam, Khalifah Umar bin Khattab
dan Usman bin Affan pernah merencanakan untuk menaklukkan India. Namun rencana
itu baru bisa dilaksanakan secara efektif pada masa pemerintahan Bani Umayyah
yang berpusat di Damaskus. Pada masa itu awal dari kekuasaan Islam di India.
Barulah gubernur Irak yang bernama Hajjaj bin Yusuf As-Saqifi pada masa
khalifah Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik yang mengirimkan eksepedisi untuk
menangani perampokkan kapal yang dilakukan oleh suatu kelompok yang dilakukan
Raja Dahir (salah seorang penguasa di Sind) pada tahun 706 di Dybut (dekat
karachi sekarang). Kapal-kapal yang dirampok tersebut berisi hadiah tanda
persahabatan Raja Sri Lanka kepada khalifah al-Walid bin Abdul Malik. Eksedisi
yang dipimpin oleh seorang jendral perang yang berusia delapan belas tahun
bernama Muhammad bin Qasim dan sejak, itu Muhammad bin Qasim berhasil menguasai
Dibul dan membebaskan para sandera. Bahkan Raja Dhahir sendiri terbunuh dalam
pertempuran tersebut. Kemudian pada 713, wilayah Multan dikuasai Muhammad Qasim
dan sejak itu Muhammad Qasim menjadi seorang gubernur Sind untuk pemerintahan
Umayyah. Kecakapannya memimpin Sind mendorong banyak orang India masuk Islam.
Setelah Muhammad bin
Qasim, ada 10 gubernur dari pemerintahan Umayyah dan 30 dari gubernur dari
pemrintahan Abbasiyah yang melanjutkan kekuasaan Islam di India sejak itu
melalui kontak senjata antara penguasa Hindu India dan penguasa Islam di
berbagai wilayah dekat India, secara bertahap bermunculan berapa wilayah
kekuasaan Islam di daerah ini. Sebagai contoh ialah keberhasilan Dinasti
Gasnawi menguasai wilayah India, antara lain Wahid Mulatan, Nardin, Thanisar,
Barn, Mathura, setelah Gazanawi muncul sejumlah penguasa Islam lainnya seperti
Dinasti Guri di India yang berlangsung dari 1173 hingga 1556. Kesultanan Delhi
ini tercatat ada beberapa Dinasti yang berkuasa yaitu Dinasti Mamluk
(1206-1290), Dinasti Khalji (1206-1320), Dinasti Tugluq (1320-1413), Dinasti
Sayid (1414-1451), dan Dinasti Lody (1451-1526). Penguasa Dinasti Lody yang
berakhir adalah Ibrahim Lody, tidak dapat memprtahankan kekuasaannya berbagai
pemberontakan dan pertentangan Interen keluarga. Penguasa, Kabul, Bubur, saat
itu berhasil menyelesaikan kericuhan dalam Dinasti Lody, sehingga pada 1526 ia
berhasil menegakkan Dinasti Mughal di anak benua India.
2.
Perkembangan
Islam di India
Peranan
muslim India dalam pengembangan Islam dapat dilihat dalam empat tahapan:
pertama, masa sebelum kerajaan Mughal (705-1526): kedua, masa kekuasaan
Kerajaan Mughal (1526-1858); ketiga, masa kekuasaan Inggris (1858-1947); tahap
keempat, Islam pada negara India sekular (1947 sampai sekarang).
Masuknya
kaum muslimin ke anak benua India terjadi dalam tiga gelombang yang terpisah.
Orang-orang Arab masuk pada abad ke-8, orang-orang Turki pada abad ke-12, dan
orang-orang Afghan pada abad ke-16. Jauh sebelum kerajaan Mughal berdiri,
sebenarnya sejak abad ke-1 Hijriah, Islam telah masuk ke India ketika Umar bin
Khattab memerintahkan suatu ekspedisi. Pada tahun 643, setelah Umar wafat,
orang-orang Arab menaklukkan Makran di Baluchistan. Pada masa pemerintahan Bani
Umayah, Islam melanjutkan ekspedisi ke sana di bawah Panglima Muhammad bin
Qasim yang berhasil menguasai Sind, dan mulai tahun 871 orang-orang Arab telah
menjadi penghuni tetap di sana. Meskipun masih dalam abad pertama Hijrah Nabi,
tanah-tanah Sind telah menjadi wilayah Kerajaan Islam, namun bagian terbesar
dari tanah India belum takluk di bawah pemerintahan Islam. Raja-raja masih
memerintah dengan kuat dibeberapa negeri yang besar, dan alam Hindu masih kuat
dengan kuil-kuil dan pagoda.
Membicarakan
kehadiran Islam di India serasa tidak lengkap kalau tidak menyebut peranan
dinasti Ghasnawiyah. Meskipun bukan yang pertama kalinya ke India paling tidak
pasukan Ghasnawiyah yang dipimpin oleh Sultan Mahmud makin meneguhkan posisi
Islam di India. Dia berhasil mengembalikan posisi Islam di wilayah ini dengan
menaklukkan raja-raja Hindu dan mengadakan pengislaman masyarakat India pada
tahun 1020 M. keberhasilan ini ditopang oleh konsep ajaran Islam yang
dibawanya, yang lebih menekankan persamaan derajat menggantikan sistem kasta
yang berkembang di tengah masyarakat Hindu. Sultan Mahmud Gaznawi pada tahun
1020 berhasil menaklukan raja-raja Hindu di wilayah India dan mengislamkannya.
Setelah Dinasti Gaznawi runtuh, muncullah dinasti kecil seperti Mamluk, Khalji,
Tugluq, dan yang terakhir Dinasti Lody yang didirikan oleh Bahlul Khan Lody (w.
1489). Sampai akhirnya datang era kejayaan dinasti Mughal. Dengan demikian,
Mughal bukanlah kerajaan Islam yang pertama di India.
Orang
yang mendirikan kerajaan Mughal di India adalah Zahiruddin Babur (1482-1530M).
Ia adalah salah seorang keturunan Timur ayahnya Umar Mirza adalah seorang
penguasa di Asia Tengah. Sementara ibunya merupakan keturunan Jengis Khan. Sepeninggal ayahnya, Babur yang berusia 11 tahun
mewarisi tahta kekuasaan wilayah Ferghana. Ia berambisi dan bertekad akan
menaklukkan Samarkand yang merupakan kota terpenting di Asia Tengah pada saat
itu. Pertama kali ia gagal mewujudkan cita-citanya. Berkat bantuan dari Ismail,
raja Safawi, ia meraih keberhasilan menaklukkan kota Samarkand pada tahun 1494.
Kemudian pada tahun 1504 ia berhasil menaklukkan Kabul, ibukota Afghanistan.
Dari Kabul inilah mengadakan ekspansi ke India yang diperintah oleh Ibrahim
Lodi. Dinasti Lodi ketika itu sedang mengalami krisis dan mulai melemah
pertahanannya sehingga inilah kesempatan yang dimanfaatkan oleh Babur untuk
menumbangkannya. Dalam upaya yang sungguh-sungguh untuk menguasai India, pada
tahun 1525, Babur berhasil menaklukkan Punjab. Perjalanan Babur kemudian
berhasil memperoleh kemenangan sehingga pasukannya memasuki kota Delhi. Pada
tanggal 21 April 1526M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Babur
memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana.
Dengan demikian, berdirilah kerajaan Mughal di India.
Zahiruddin yang terlahir
dengan nama Zahiruddin Muhammad dilahirkan pada tanggal 24 Februari 1403 dan
meninggal pada tanggal 26 Desember 1530 di Farghana (Khokan), suatu negeri kecil
tapi indah di Asia Tengah yang juga merupakan daerah kekuasaan ayahnya, Umar
Mirza. Dia mendapat
julukan Babur yang berarti “Si Macan” untuk menggambarkan keberaniannya.
Ketika
terjadi kekacauan di negerinya, ia mengundang Muhammad Babur dari Kabul yang kemudian
berhasil mendirikan Kerajaan Mughal. Ketika Mughal dipimpin oleh Aurangzeb,
semasa kekuasaannya kerajaan Mughal sebagai salah satu kerajaan adi kuasa.
Sehingga mengalami kesuksesan yang amat besar diberbagai bidang. Pertama dalam
bidang futuhat Mughal berhasil menguasai daerah yang meliputi Kabul, Lahore,
Multan, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Gujarat, Melwa, Bihar, Bengal,
Khandes, Berar, Ahmadnagar, Ousra, Kashmir, Bajipur, Galkanda, Tajore, dan
Trichinopoli. Kedua dalam bidang ekonomi, bahwa umat Islam pada waktu itu telah
mengekspor kain ke Eropa, menghasilkan rempah-rempah, gula, dan lain-lain yang
ketika itu semua merupakan komoditas ekspor. Ketiga dalam bidang pendidikan
Mughal sangat cemerlang, mereka membangun masjid, perpustakaan, dan madrasah.
Pengajaran waktu itu meliputi filsafat, logika, geometri, sejarah, politik,
matematika, dan ilmu agama. Selain itu juga dibangun sekolah - sekolah tinggi.
Keempat bidang arsitektur, dapat dilihat dari bangunan – bangunan yang indah
seperti Benteng Merah, Masjid Jami’, istana megah di Delhi dan Lahore, dan yang
termasuk salah satu dari tujuh keajaiban dunia adalah Taj Mahal di Agra.
Kemajuan
Mughal di bidang politik dan militer memuncak pada masa pemerintahan Babur,
Akbar dan Aurangsab. Sementara bidang
seni khususnya seni bangunan atau arsitektur mencapai puncaknya pada masa
pemerintahan Syah Johan, sebagaimana bidang agama khususnya hukum Islam pada
masa Aurangzab. Adapun kemajuan di bidang ekonomi khususnya pertanian terjadi
pada masa pemerintahan Akbar.
Ada
beberapa faktor yang mendukung kemajuan tersebut, antara lain di bidang politik
dan militer adalah faktor dan keuletan para sultannya; di bidang seni dan
budaya karena terjadinya akulturasi budaya pendatang dengan suku-suku di India;
dan di bidang ekonomi adalah faktor
kesuburan tanah dan strategis wilayahnya.
Sejak
masuknya Inggris di India, rakyat India terutama umat Islam protes dan melawan
melalui beberapa wadah, diantaranya gerakan pemberontakan Faqir yang terjadi
selama 40 tahun. Karena itu, penjajahan Inggris atas India bagi muslim berarti
kehilangan pengaruh politik, ekonomi, budaya, dan agama Islamnya. Hal itu
menyebabkan jatuhnya imperium Mughal, sejak itu Muslim India (termasuk Pakistan
dan Bangladesh sekarang) merasa semakin dikesampingkan oleh kekuasaan penjajah
Inggris. Penderitaan ini semakin bertambah setelah Inggris bekerjasama dengan
orang-orang Hindu dan Sikh dalam memerangi kaum muslimin.
Walaupun
demikian, kebangkitan muslim modern bersamaan dengan semua pengaruh muslim. Namun
hal ini tidak memperoleh cukup jaminan dari mayoritas Hindu untuk melindungi
identitas, budaya, dan agama orang-orang muslim. Oleh sebab itu, hal ini
menyebabkan terciptanya Pakistan yang akhirnya terpecah menjadi dua (Pakistan
dan Bangladesh). Orang Islam merasa nasibnya jauh lebih membaik di dua negara
merdeka itu, karena mendapatkan kemerdekaan serta kedaulatan untuk hidup
selamanya. Namun sebaliknya, muslim yang hidup di daerah mayoritas Hindu yang
membentuk republik India mengalami situasi yang memburuk.
Umat
Islam di India menyebar di negara-negara bagian: Uttar Pradesh, Bengali Barat,
Bihar, Kerala, Assam, Andra Pradesh, Maharashtra, Kashmir, Tamil Nadu, Gujarat,
Karnataka, dan Madya Pradesh. Kebanyakan muslim India adalah petani.
Pada saat ini, kebudayaan
Islam India, dengan keserbasamaannya yang menyeluruh dibanding dengan
kebudayaan Hindu di anak benua ini, mempunyai dua praktik yang sedikit berbeda
antara Muslim di daerah Utara dan Selatan India. Di Utara, Muslim kebanyakan menganut madzhab Hanafi,
berbahasa Urdu atau Benggali. Di Selatan, Muslim mengikuti madzhab Syafi’i dan
umumnya berbahasa Tamil.
Sekitar
90% Muslim di India beraliran Sunni dan umumnya menganut madzhab Hanafi.
Diantara aliran Sunni, ada sekitar empat juta muslim bermadzhab Syafi’i,
kebanyakan di negara bagian selatan. Sisanya kebanyakan aliran Syi’ah madzhab
Ja’fari di negara-negara bagian barat laut.
Adapun kesimpulan dari kajian ini adalah:
a. Masuknya Islam ke India diperkirakan pada abad
ke-7 melalui jalur perdagangan. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus di mana gubernur Irak yang bernama Hajjaj bin Yusuf
As-Saqifi pada masa khalifah Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik yang mengirimkan
eksepedisi untuk menangani perampokkan kapal yang dilakukan oleh suatu kelompok
yang dilakukan Raja Dahir yang dipimpin oleh Muhammad bin Qasim. Keberhasilan
Muhammad Qasim menangani masalah ini dan menjadi seorang gubernur Sind untuk pemerintahan
Umayyah mendorong banyak orang India masuk Islam.
b. Perkembangan Islam di
India dapat dilihat dalam empat tahapan: pertama, masa sebelum kerajaan Mughal
(705-1526): kedua, masa kekuasaan Kerajaan Mughal (1526-1858); ketiga, masa
kekuasaan Inggris (1858-1947); tahap keempat, Islam pada negara India sekular
(1947 sampai sekarang).
D. Proses
Terbentuknya Negara Islam Pakistan
Pemukiman
pertama wilayah Balukistan yang merupakan salah satu wilayah Pakistan sekarang,
sudah ada dan berlangsung sejak tahun 3500 SM. Dari Balukistan para pemukim
tersebut bergerak ke Timur menyusuri lembah Sungai Indus. Mereka berinteraksi
dengan bangsa Arya. Perpaduan ini kemudian lahirlah kerajaan Gandhara di Lembah
Sungai Indus. Hal ini diketahui berdasarkan catatan yang dibuat oleh orang
Budha pada abad ke-6 dan 5 SM. Tahun 327 Alexander Agung menghancurkan kerajaan
tersebut. Pakistan kemudian ditaklukkan dan menjadi bagian dari India pada masa
kerajaan Muria pada abad ke-3 SM. Akhirnya daerah sungai Indus menerima
pengaruh Hindu yang sangat kuat sekitar tahun 320-540 M. Akan tetapi daerah ini
kemudian ditaklukkan oleh orang-orang Islam sekitar abad ke-8 M, sehingga
melemahkan pengaruh Hindu. Pada sekitar abad ke-13 M umat Islam mulai
mengkonsolidasikan kekuasaannya di seluruh wilayah India yang kini menjadi
Pakistan serta membentuk kesultanan di sekitar New Delhi Kaum muslimin mengenal
daerah ini dengan sebutan Sind sejak tahun 711 M, ketika panglima Muhammad bin
Qasim dari kerajaan
Bani Umayya menyerbu wilayah ini. Selama tiga tahun pemerintahan Bani Umayya
periode khalifah Al-Walid menduduki daerah ini tepatnya di daerah Indus bawah.
Selanjutnya 300 tahun kemudian pasukan Abbasiyah di bawah pimpinan Mahmud Gazna
(973-1073) anak panglima Turki Alptakan menggantikan dan menyempurnakan
pendudukannya tahun 1030 M, ia mampu menguasai India Utara dan Lahore.
Pada
abad ke- 16 Dinasti Mughal menguasai seluruh wilayah anak benua ini dengan
rajanya yang pertama bernama Babur, keturunan Timur Lenk yang mulai memerintah
tahun 1530. Akan tetapi kejayaan Mughal hancur bersamaan dengan masuknya
Inggris di India. Pada tahun 1757, Serikat Dagang Hindia Timur Inggris
menaklukkan kerajaan Mughal dan selama lebih dari seabad. Serikat Dagang ini
menguasai sebagian besar anak benua India. Tahun 1858 pemerintah Inggris
mengambil alih tanggung jawab pemerintahan menyusul pemberontakan tentara asli
India yang direkrut pasukan Bengal.
Nasionalisme
Pakistan berawal ketika terjadinya pertentangan antara Hindu dan Islam.
Pertentangan ini terjadi karena umat Islam merasa bahwa mereka diabaikan oleh
Kongres Nasional India Bersatu tahun 1885 yang didominasi oleh orang-orang
Hindu. Setelah perang dunia I, pihak Islam mulai melakukan gerakan dengan
membangun konsolidasi internal dalam rangka menuntut kemerdekaan dan melepaskan
diri dari India. Rencana pembentukan negara Islam merdeka yang lepas dari
India, mendapat kecaman keras dari Jami’at al-Ulama (Perkumpulan Ulama-ulama
India). Menurut mereka bahwa pembentukan negara Pakistan yang terpisah dari
India tidak akan menyelesaikan masalah. Alasan tersebut didasarkan pada fakta
bahwa di India terdapat banyak kaum muslimin yang telah lama hidup berdampingan
dengan baik. Kaum agama tersebut melakukan persekutuan dengan para tuan tanah.
Di bawah pemerintahan Inggris mereka dikukuhkan atas hak kepemilikan tanah
mereka, melindungi dari persaingan kepentingan financial dengan pihak Hindu,
bahkan beberapa tanah tambahan diberikan kepada mereka. Pada tahun 1945 Liga
Muslim mendesak para pemuka agama bahwa apapun kepentingan lokal mereka, sebuah
negara muslim yang dijalankan oleh muslim untuk mempertahankan prinsip-prinsip
pola kehidupan muslim, mutlak diperlukan.
Ide
tentang pembentukan negara tersendiri bagi umat Islam bermula dari Sayyid Ahmad
Khan ketika beliau mencetuskan gagasan komunalisme (kelompok umat Islam yang
berdiri sendiri). Gagasan ini dikembangkan sebagai rumusan Pakistan dalam
pengertian sebuah negara tersendiri bagi umat Islam, pertama kali dicetuskan
oleh Muhammad Iqbal, ia mengatakan bahwa India pada hakekatnya tersusun dari
dua bangsa yang besar yaitu bangsa Islam dan bangsa Hindu. Umat Islam India
harus menuju pada pembentukan negara tersendiri terpisah dari negara Hindu di
India. Tujuan pembentukan negara tersendiri ini ditegaskan dalam rapat tahunan
Liga Muslim tahun 1930 yakni” saya ingin melihat Punjab, daerah perbatasan
utara, Sindhi dan Balukhistan, bergabung menjadi satu negara” Disinilah ide
pembentukan negara tersendiri diumumkan secara resmi. Kemudian menjadi tujuan
perjuangan nasional umat Islam India. Oleh karena itu wajar kalau Iqbal di
pandang sebagai Bapak Pakistan, tugas Ali Jinnah adalah mewujudkan cita-cita
menjadi negara Islam Pakistan yang berdaulat.
Perjuangan
Muhammad Ali Jinnah mewujudkan cita-cita tersebut di atas diawali dengan
perjuangannya bersama dengan Liga Muslim untuk bekerjasama dengan partai
Kongres Nasional dan para pemimpinnya. Tetapi lama kelamaan ia melihat bahwa
sangat sulit untuk menciptakan nasionalitas antara orang Hindu dan orang
muslim, karena dia melihat realita yang berkembang dalam masyarakat India. Pada
tahun 1913 M. Muhammad Ali Jinnah masuk Liga Muslim India, dan tahun itu juga
terpilih menjadi Presiden Liga Muslim. Pada saat Ghandi mengeluarkan konsep
nasionalisme India yang di dalamnya bergabung umat Islam dengan Hindu menjadi
satu bangsa, Ali Jinnah mengundurkan diri dari Liga Muslim dan menetap di
London sebagai pengacara. Setelah Liga Muslim membutuhkan pemimpin yang lebih
aktif, beliau diminta untuk pulang oleh teman-temannya, kemudian beliau dipilih
kembali untuk memimpin Liga Muslim. Berkat kepemimpinannya Liga Muslim menjadi
gerakan yang lebih kuat. Setelah memimpin Liga Muslim, Ali Jinnah mengawali
kegiatannya dengan menyusun langkah-langkah baru memperjuangkan pemerintahan
independen untuk muslim India, kemudian melakukan konsolidasi bagi Liga Muslim
dengan mengadakan sidang tahunan di Bombay pada bulan April 1936, yang
bertujuan untuk menyempurnakan anggaran dasar organisasi yang lebih demokratis.
Selanjutnya menyusun organisasi untuk menghadapi pemilihan dewan pusat dan
propinsi. Kemudian mengadakan kunjungan ke daerah-daerah untuk
mendapatkan dukungan bagi kandidat dari Liga Muslim.
Langkah awal Ali Jinnah
belum mampu memperlihatkan kekuatan yang berarti, kenyataannya Liga Muslim
kalah dalam pemilihan majelis propinsi tahun 1937 partai kongres yang
mendominasi kursi majelis. Ketika itu Nehru mengatakan dengan sombongnya
bahwa India hanya dua partai yaitu partai kongres dan pemerintah Inggris. Di
sini nampak jelas bahwa Liga Muslim seakan-akan tidak ada. Inilah yang menjadi
pendorong pertentangan yang tajam antara Hindu dan Islam, serta semakin
tersudutnya umat Islam dalam kancah politik. Namun Ali Jinnah tidak gampang
menyerah. Menurutnya alternatif yang paling tepat bagi penyelesaian Hindu dan
Islam di India adalah adanya tanah air tersendiri bagi umat Islam. Dari sinilah
umat Islam berjuang demi lahirnya negara Islam.
Persetujuan
mengenai pembentukan negara tersendiri untuk umat Islam India sebagai tujuan
perjuangan Liga Muslim, dibahas dalam rapat tahunan Liga Muslim tahun 1940,
sidang kemudian menyetujuinya, dengan memberi nama negara dengan nama Pakistan.
Tentang nama Pakistan menurut salah satu sumber berasal dari seorang mahasiswa
India di London bernama Khaudri Rahmat Ali, ia sangat tertarik dengan pidato
Iqbal mengenai konsep negara muslim. Ia mengumpulkan huruf awal dari lima
wilayah yaitu “P” diambil dari Punjab, “A” dari Afghanistan, “K” dari Khasmir,
“S” dari Shindi, “Tan” dari Baluchistan. Sumber lain menyatakan bahwa Pakistan
berasal dari kata Persi yaitu “Pak” berarti suci, dan “Stan” berarti negara, jadi
Pakistan berarti negara suci.
Dengan
dasar persetujuan yang jelas ini, Liga Muslim mendapat sokongan yang luar biasa
dari umat Islam dan kedudukannya semakin bertambah kuat. Sebaliknya,
tokoh-tokoh muslim yang bernaung di bawah partai Kongres Nasional India kehilangan
pengaruh, bahkan sebagian mereka meninggalkan partai Kongres kemudian bergabung
dengan Liga Muslim. Dengan demikian Jinnah dan Liga Muslim semakin bertambah
kuat, terlihat dari hasil perolehan suara terbanyak di beberapa daerah dalam
pemilihan tahun 1946.15 Pengaruh gerakan Liga Muslim yang dipimpin oleh Ali
Jinnah merupakan pukulan bagi para tokoh partai Kongres. Dengan demikian mereka
berupaya dengan gigih membendung pengaruh gerakan tersebut. Pada tahun 1944
terjadi perundingan yang sengit antara Ali Jinnah dengan Ghandi mengenai aksi
bersama terhadap Inggris, tetapi karena perbedaan pendapat tentang masa depan
India, akhirnya perjumpaan itu tidak membawa hasil. Pada tahun itu juga Ali
Jinnah memaparkan dua masalah penting yang berkaitan dengan Pakistan. Kedua
masalah ini adalah geografi Pakistan dan bentuk pemerintahannya. Rencana bentuk
pemerintahannya adalah demokrasi.Pada
tahun 1945 M. Inggris mulai mengadakan pembicaraan mengenai kemerdekaan India,
namun selalu mengalami kegagalan. Pada akhirnya Inggris memutuskan untuk
membentuk pemerintahan sementara yang ditentukan oleh Inggris. Usaha ini
ditentang oleh Ali Jinnah, karena penyusunan pemerintahan sementara di lakukan
dengan sepihak, sehingga menimbulkan hura-hara. Menurut Ali Jinnah dengan situasi
seperti ini tidak mungkin diadakan sidang Dewan Konstitusi pada bulan Desember
1946. Setahun kemudian keluarlah putusan Inggris untuk menyerahkan kedaulatan
kepada dua dewan konstitusi, satu untuk Pakistan dan satu untuk India. Pada
tanggal 14 Agustus 1947, Dewan Konstitusi Pakistan dibuka dengan resmi, dan
keesokan harinya tanggal 15 Agustus 1947 Pakistan lahir sebagai negara
berdaulat bagi umat Islam India. Ali Jinnah diangkat menjadi Gubernur Jendral
dan mendapat gelar Qaid-i- Azam (pemimpin besar) dari rakyat Pakistan. Sejak
berdirinya negara Pakistan, umat Islam mencoba menerapkan konsep Islam tentang
sebuah negara. Mereka memasuki masa pencarian yang terus menerus tentang apa
sebenarnya negara Islam itu. Persoalan itu merupakan bahan polemik yang berkepanjangan
di kalangan tokoh-tokoh Islam, baik yang berpendidikan Barat maupun ulama.
Sistem
pemerintahan diajukan oleh Majelis Nasional dengan berpedoman kepada Rancangan
Undang-Undang hasil sidang Liga Muslim pada bulan Maret 1940, yaitu harus
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. Di samping itu dikeluarkan keputusan yang
berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan undang-undang tersebut yang antara
lain memuat prinsip-prinsip demokrasi, hak-hak kebebasan, persamaan, toleransi
dan keadilan sosial sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis.
Biografi Tokoh-tokoh Pemikir Terbentuknya
Negara Islam Pakistan
1 1. Muhammad Ali Jinnah
Muhammad Ali Jinnah adalah
anak saudagar dan lahir di Karachi pada tanggal 25 Desember 1876 M. Di masa
remaja ia telah pergi ke London untuk meneruskan studi dan di sanalah ia
memperoleh kesarjanaanya dalam bidang hukum di tahun 1896 M.
2. Muhammad Iqbal
Muhammad
Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876
M. untuk meneruskan studi kemudian ia pergi ke Lahore dan belajar di sana
sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Di kota itulah ia berkenalan dengan
Thomas Arnold, seorang Orientali, yang menurut keterangan, mendorong pemuda
Iqbal untuk melanjutkan studi di Inggris. Di tahun 1905 ia pergi ke negara ini
dan masuk ke Universitas Cambridgeuntuk mempelajari filsafat. Dua tahun
kemudian ia pindah ke Munich di Jerman dan di sinilah ia memperoleh gelar Ph.D
dalam Tasawuf.