PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kritik Matan Orientasi ke-ma’mulan Hadis tentang Hadis
Ahad yang Berlawanan dengan Hadis Ahad Lain yang Diriwayatkan oleh Periwayat
yang Lebih Mengetahui Keadaannya
Kritik matan
orientasi ke-ma’mulan hadis maksudnya adalah mengkritik matan-matan hadis yang
shahih atau hadis ahad yang maqbul sehingga berbeda kema’mulannya
(pengamalannya), dikalangan ulama. Dalam hal ini, umumnya ulama fiqh yang
berbeda dalam mengamalkan hadis ahad yang maqbul itu karena adanya kriteria tambahan
yang ditetapkan oleh para ulama tersebut dalam hal mengamalkan hadis ahad yang
maqbul itu.
Kritik matan
orientasi ke-ma’mulan hadis tentang hadis ahad yang berlawanan dengan hadis
ahad lain yang diriwayatkan oleh periwayat yang lebih mengetahui keadaanya
maksudnya adalah mengkritik matan-matan hadis ahad yang berlawanan dengan hadis
ahad lain yang diriwayatkan oleh periwayat yang lebih mengetahui keadaanya,
sehingga berbeda ulama hanafi dan ulama syafi’i dalam mengamalkannya atau hadis
tersebut ma’mulum bih atau ghairu ma’mulum bih menurut ulama yang berpolemik.
B.
Contoh Kritik Matan Orientasi Ke-Ma’mulan Hadis tentang Hadis Ahad
yang Berlawanan dengan Hadis Ahad Lain yang Diriwayatkan oleh Periwayat yang
Lebih Mengetahui Keadaanya
Adapun contoh
dari kema’mulan hadis tentang hadis ahad yang berlawanan dengan hadis ahad lain
yang diriwayatkan oleh periwayat yang lebih mengetahui keadaanya yaitu hadis
tentang tidak sah puasa orang yang masih junub ketika subuh di bulan ramadhan,
berikut hadisnya:
عن
ابي هريرة انه يقول من اصبح جنبا افطر ذلك اليوم رواه الشفعي
Artinya:
“ Hadis dari Abu Hurairah, dia berkat, siapa yang junub sampai pagi hari,
batallah puasanya pada hari itu”
Hadis Ahad yang
lainnya, yaitu:
عن
عائشة ان جلا قال لرسول الله صلى الله عليه و سلم و هو واقف على البب و انا اسمع
يا رسول الله انى اصبح جنبا و انا اريد الصوم فقال رسول الله عليه و سلم : و انا
اصبح جنبا و انا اريد الصوم فا غتسل و اصوم ذلك اليوم
Artinya:
“ Hadis dari Aisyah bahwa seseorang laki-laki pernah bertanya kepada
Rasulullah Saw. Beliau ketika itu sedang berdiri didepan pintu dan aku (kata
Aisyah) mendengarnya. Laki-laki itu berkata, “ ya Rasulullah, aku junub sampai
pagi hari, sedangkan aku ingin sekali meneruskan puasaku.” Dijawab oleh
Rasulullah Saw. “Aku juga pernah junub sampai pagi hari. Aku pun ingin terus
berpuasa maka aku pun mandi dan terus berpuasa pada hari itu.”
C.
Ulama yang Berpolemik
1.
Imam Hanafi
Ia lebih mengamalkan hadis Abu Hurairah walaupun berlawanan dengan
hadits ‘Aisyah dan Ummu Salamah kualitasnya ghairu ma’mul bih karena Imam
Hanafi tidak mengkaji mana yang lebih kuat antara hadis yang bertentangan
tersebut. Dan yang lebih dahulu adalah hadis dari Abu Hurairah.
2.
Imam Asy-Syafi’i
Diantara dua hadis yang bertentangan diatas dilakukan dalam
pendekatan tarjih atau ditarjihlah kedua ayat tersebut atau adanya kriteria
yang lain. Dan kualitas hadisnya (kedua hadis tersebut) ma’mul bih. Lalu hadis
Aisyahlah yang harus diperpegangi dan diamalkan. Disamping itu junub itu sama
dengan kenyang yaitu bekas sesuatu dari perbuatan, ditambah ramadhan karena
kalau belum mandi maka subuhnya akan hilang, selain itu yang lebih mengetahui
tentang junub itu adalah Aisyah dan Ummu Salamah karena berhubungan juga hadis
Aisyah tersebut.
Karna hal ini menyangkut urusan rumah tangga Nabi SAW tentang
junubnya Nabi, ‘Aisyah dan Ummu Salamah lebih mengetahui daripada Abu Hurairah.
Jadi Imam Syafi’i mentarjih hadis Abu Hurairah.
Dari segi lain hadis Abu Hurairah adalah hadis Qauli sedangkan
hadis ‘Aisyah dan Ummu Salamah adalah hadis fi’li. Jika berlawanan antara hadis
qauli dan hadis fi’li maka yang di dahulukan hadis fi’li.