Wednesday, November 21, 2018

Macam- macam dan contoh Munasabah Al-Qur’an

0 comments
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrhim                           
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan ketabahan dari hamba-Nya. Serta memberikan ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidak merasa kesulitan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya yang setia sampai akhir zaman.
Makalah ini berjudul “Munasabah Al-Qur’an  ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Ulumul Qur’an. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak, tetapi tidak luput dari kendala yang begitu banyak. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis, amin ya robbal ‘alamiin.

Padang, 29  Maret 2016
      
Penulis









BAB I
PENDAHULUAN
  

      A. Latar Belakang
Sebagai umat islam yang berpedoman pada Al-Qur’an haruslah mengerti tentang isi kandungan di dalam Al-Qur’an. Karena dengan mempelajari isi kandungannya kita akan memahami dan mengetahui hukum-hukum dan juga syari’at islam. Dalam mempelajari Al-Qur’an ada sebuah ilmu yang namanya ilmu munasabah. Ilmu munasabah adalah ilmu yang mempelajari tentang keserasian makna, kesesuaian/korelasi antara ayat yang satu dengan ayat yang lain di dalam Al-Qur’an. Karena itu ilmu munasabah sangatlah penting untuk memperdalam pengetahuan kita tentang isi kandungan Al-Qur’an. Dengan mempelajari ilmu munasabah kita dapat mengetahui keindahan sastra yang ada di dalam Al-Qur’an. Sehingga  akan memperkuat iman kita terhadap Allah SWT.

      B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian munasabah Al-Qur’an
2.      Macam- macam dan contoh munasabah Al-Qur’an
3.      Urgensi ilmu munasabah






BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Munasabah
 Secara etimologi, munasabah semakna dengan musyakalah dan muqarabah, yang berarti serupa dan berdekatan. Secara istilah, munasabah berarti hubungan atau keterkaitan dan keserasian antara ayat- ayat Al-qur’an.
Pendapat ulama tentang pengertian munasabah diantaranya:
  1. Menurut bahasa, Al-Munasabah berarti keserasian.[1] Quraish Shihab menyatakan ( menggarisbawahi As-suyuti) bahwa munasabah adalah adanya keserupaan dan kedekatan di antara berbagai ayat, surah, dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan.
  2. Ibnu Arabi, sebagaimana dikutip oleh Imam As-Sayuti, mendefinisikan munasabah itu kepada “kerterkaitan ayat-ayat Al-Qur’an antara sebagiannya dengan sebagian yang lain, sehingga ia terlihat sebagai suatu ungkapan yang rapi dan sistematis.”[2]
  3. Menurut Manna’ Al-Qaththan, munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan di dalam satu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat, atau antar surat di dalam Al-Qur’an.[3]
  4. Menurut Al-Biqai, munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan di balik susunan atau urutan bagian-bagian Al-qur’an, baik ayat dengan ayat, atau surat dengan surat.[4]
Jadi Al-Munasabah adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan yang mencakup keterkaitan antara satu ayat dengan ayat yang lain, antara surah dengan surah, antara kalimat-kalimat yang terdapat dalam setiap ayat di dalam Al-Qur’an.

B. Macam-Macam dan Contoh Munasabah 

1.        Munasabah Antara Surah dengan Surah yang Lainnya
a.    Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya
            As-suyuti menyimpulkan bahwa munasabah antar satu surah dengan surah lainya    berfungsi  menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surat sebelumnya. Sebagai contoh, dalam surat Al-Fatihah [1] ayat 1 ada ungkapan alhamdulillah. Ungkapan ini berkorelasi dengan surat Al-Baqarah [2] ayat 152 

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ  

152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ   
186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran 
Ungkapan “rabb al-alamin”dalam surah Al-Fatihah [1] berkorelasi dengan surat Al-baqarah[2] ayat 21-22:


يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

 

21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], Padahal kamu mengetahui.
Di dalam surat Al-Baqarah [2] ditegaskan ungkapan “dzalik Al-kitab la raiba fih”. Ungkapan ini berkorelasi dengan surat Ali imran [3] ayat 3:
نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ 
 
 3. Dia menurunkan Al kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.
Demikian pula, apa yang oleh surat Al-Baqarah [2] diungkapkan secara global, yaitu ungkapan “wa ma unzila min qablik”, dirinci lebih jauh oleh surat Ali imran [3] ayat 3:
 Dia menurunkan Al kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.
b.        Munasabah antara surah dalam bentuk tema sentral
Munasabah dapat membentuk tema sentral yang ada dalam berbagai surah. Misalnya dalam surah Al-Fatihah tema sentralnya adalah ikrar ketuhanan. Dan dalam surah Al-Baqarah tema sentralnya adalah kaidah-kaidah agama. Sedangkan dalam surah Ali-Imran tema sentralnya adalah dasar-dasar agama. Kesemuanya itu merupakan pondasi bagi umat islam dalam beramal, baik amal dalam makna sempit maupun amal dalam makna luas.
c.         Munasabah antara ayat terakhir dalam suatu surah dengan ayat pertama dalam surah berikutnya.
Contoh dari munasabah model ini antara lain ayat terakhir dari Surah Al-Ahqaf dengan ayat pertama dari Surah Muhammad. Dalam ayat terakhir [35] Surah Al-Ahqaf disebutkan:..wÇÌÎÈ
..... pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.
Dan dalam ayat pertama (1) Surah Muhammad difirmankan:
الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ أَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ
1. Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka.
Dalam ayat terakhir Surah Al-Ahqaf tersebut dijelaskan tentang ancaman siksa bagi orang-orang fasiq. Selanjutnya penjelasan siapa sebenarnya orang-orang fasiq itu, ada pada ayat pertama Surah Muhammad, yaitu orang-orang kafir dan orang-orang yang menghalangi manusia dari berbuat kebaikan. Contoh tersebut menunjukkan bahwa untuk memahami secara jelas makna yang ada pada ayat terakhir Surah Al-Ahqaf harus dimunasabahkan dengan ayat pertama Surah Muhammad. Dengan kata lain apabila suatu ayat belum jelas maknanya, maka pasti ada penjelasan itu pada surah lain.

2.    Munasabah dalam Satu Surah
a.    Munasabah kalimat dengan kalimat
Munasabah antara kalimat dalam Al-Qur’an adakalanya memakai huruf athof, dan adakalanya tidak memakai huruf athof. Yang memakai huruf athof biasanya mengambil bentuk berlawanan, misalnya penggunaan “waw” dan “am” dalam ayat:
Sedang munasabah yang tidak memakai huruf athof sandaranya adalah qorinah ma’nawiyah. Aspek ini dapat mengambil bentuk:
1)        At-Tanzir yaitu membandingkan dua hal yang sebanding, menurut kebiasaan orang yang berakal. Misalnya:

Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran[596], Padahal Sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya.
Sedangkan ayat sebelumnya (QS. Al-Anfal:4) berbunyi:

أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
Di sini ada dua keadaan yang sebanding, yaitu mereka yang mengikuti perintah Tuhannya  akan mendapat imbalan sesuai dengan kerjanya. Imbalan tersebut adalah kebaikan dunia dalam bentuk materi dari harta rampasan, dan imbalan akhirat adalah pahala yang berlipat ganda serta keampunan dan pemberi perintah (Allah).
2)         Al- Istihrad artinya peralihan kepada penjelasan lain.
3)        At-Takhollus (peralihan). Peralihan disini adalah peralihan terus menerus dan tidak lagi pada pembicaraan pertama.
    
b.    Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surah
Munasabah dalam bentuk ini secara jelas dapat dilihat dalam surah-surah pendek. Misalnya Surah Al-ikhlas masing-masing ayat dalam surah tersebut saling menguatkan tema pokoknya, yaitu tentang keesaan Tuhan.                                                
Contoh lain dari model ini dapat dilihat dalam surah Al Baqarah ayat 255 dan ayat 256. Dengan disebutkannya keesaan Tuhan secara sempurna (dalam ayat 255), maka selanjutnya dalam ayat 256 ditegaskan bahwa tidak perlu adanya paksaan dalam memeluk agama untuk mempercayai adanya Tuhan
c.    Munasabah antara penutup ayat dengan isi ayat dalam satu surah
        Munasabah di sini dapat bertujuan:
1)      Tamkin (memperkukuh). Misalnya surah Al-Ahzab ayat 25 yang artinya “Allah menghindarkan orang-orang mukmin. Dan Allahlah Maha kuat lagi Maha perkasa.”

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Tuhan menghindarkan orang-orang mukmin dari perang disebabkan kelemahan mereka (orang-orang kafir), karena angin kencang atau malaikat yang dikirim Allah. Pemahaman yang kurang lurus ini diluruskan dengan fashilah artinya Allah berkuasa memisahkan antara dua golongan dalam perang tersebut (perang badar). Kejadian ini menguatkan orang-orang beriman agar mereka merasa bahwa merekalah yang menang.
2)      Ighal (penjelasan tambahan untuk mempertajam makna)
Misalnya surat An-Naml ayat 80 yang artinya “ sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang itu mendengar dan  (tidak pula) jadikan orang-orang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang”. (Q.S An-Naml : 80) 

Kandungan ayat ini sebenarnya sudah jelas dipahami, jadi “ wallaw mudbiriin” sekedar penjelasan makna.

d.        Munasabah antara uraian awal ayat dengan ayat akhir dalam satu surah
Munasabah ini dapat dijumpai, misalnya dalam surah Al-Qashash. Permulaan surah ini (ayat 1-32) menjelaskan perjuangan Nabi Musa, sementara diakhir surah (ayat 83-88) memberikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad yang menghadapi tekanan dari kaumnya, dan akan mengembalikannya ke Mekkah (diawal surah tidak menolong orang-orang yang berdosa. Dan diakhir surah, Muhammad dilarang menolong orang-orang kafir). Munasabah terletak pada kesamaan situasi yang dihadapi, dan sama-sama mendapat jaminan dari Allah.
3.                     Munasabah Antara Nama Surah dengan Isi yang Dikandungnya
          Misalnya surah Al-Baqarah, isinya banyak memceritakan lembu. Conto lain dalam surah Al-Fatihah yang mempunyai dua nama : pertama disebut Al-Fatihah, karena posisinya diawal Al-Qur’an. kedua disebut Ummul Kitab, karena isinya memuat berbagaitujuan Al-Qur’an dan seterusnya. 

C.      URGENSI MEMPELAJARI ILMU MUNASABAH

Sebagaimana asbabun nuzul, munasabah sangat berperan dalam memahami Al-Qur’an. Muhammad ‘Abdullah Darraz berkata: sekalipun permasalahan-permasalahan yang diungkapkan oleh surat-surat itu banyak, semuanya merupakan satu kesatuan pembicaraan yang awal dan akhirnya berkaitan. Maka bagi orang yang hendak memahami sistematika surat semestinyalah ia memperhatikan keseluruhannya, sebagaimana juga memperhatikan segala permasalahannya.
Lebih jauh lagi, kegunaan mempelajari ilmu munasabah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Dapat mengembangkan bagian anggapan orang bahwa tema-tema Al-Qur’an kehilangan relevansi antara satu bagian dan bagian yang lainnya.
2.    Mengetahui persambungan atau hubungan antara bagian Al-Qur’an, baik antara kalimat atau antara ayat maupun antar surat, sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab Al-Qur’an dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.
3.    Dapat diketahui mutu dan tingkat ke-balaghah-an bahasa Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lainnya, serta persesuaian ayat atau surat yang satu dari yang lain.
4.    Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lain
Selain dari kegunaan diatas, terdapat pula manfaat ilmu munasabah lainnya bagi mufassir, yaitu dapat memperluas pemahaman terhadap ayat yang sedang ditafsirkan. Hal ini dapat dilihat dalam munasabah dalam suatu ayat dengan berbagai ayat lainnya yang terdapat dalam berbagai surah, dimana ayat-ayat itu memperbincangkan permasalahan yang sama. Maka penafsiran yang menggunakan metode tematik mempunyai kaitan yang erat dengan ilmu munasabah. Mustafa Muslim menegaskan, “terdapat hubungan yang kuat antara ilmu munasabah dengan tafsir tematik, terutama tematik suatu surah.
Sebab, kita mengamati dan mempelajari ayat atau kumpulan ayat yang turun dengan latar belakang atau peristiwa yang berbeda kemudian diletakkan dalam suatu surat.


[1]M. Quraish Shihab, Wawasan AlQur’an, (Bandung: Mizan cet. IV, 1996), hlm.319.
[2] As-Sayuti. Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jilid II, Beirut: Al-Maktabah As-Saqafiyyah, tt., hlm. 108.
[3]Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ‘ulum Al-Qur’an, Mansyurat Al-‘ashr Al-Hadits, ttp., 1973, hlm. 97.
[4]Burhanuddin Al-Biqa’i, Nazhm Ad-durar fi Tanasub Al-Ayat wa As-Suwar, Jilid I, Majlis Da’irah Al-Ma’arif    An- Nu’maniyah bi haiderab, India, !969, hlm. 6.

0 comments:

Post a Comment

Translate

Sponsor

 
Dosen Blogger © 2018