Wednesday, November 21, 2018

Sejarah Perkembangan Islam di India dan Turki

0 comments

PEMBAHASAN

A.      Sejarah Perkembangan Islam di Turki
Pada awalnya wilayah turki saat itu dikuasai oleh kerajaan Bizantium, sebuah kerajaan pada masa itu pada awal abad Masehi. Kerajaan Bizantium ini dikuasai oleh kerajaan Romawi selama kurang lebih 4 abad.
Pada tahun 395 kerajaan Romawi terpecah dua, Romawi Barat dan Romawi Timur. Kemudian di tangan kerajaan Romawi timur, Bizantium itu kemudian dirumah namanya menjadi Konstantinopel dan dijadikan ibukota. Sebaliknya Romawi Barat kala itu jatuh ke kekuasaan barbar (Goth) sekitar tahun 476 M.
Sejak akhir abad ke-7 M, bangsa Turki yang mendiami wilayah Asia Tengah mulai mengenal agama baru ,Islam. Media yang memperkenalkan mereka dengan Islam adalah adanya hubungan dagang .Bangsa Arab yang piawai dalam perdagangan sejak sebelum Islam telah berperan besar dalam perdagangan di wilayah jalursutera. Dominasi mereka semakin menonjol setelah mereka memeluk Islam.Mereka bukan saja melakukan perdagangan tetapi juga menyebarkan Islam karena kontak dagang bangsa Turki yang bertempat tinggal di bagian wilayah Asia Tengah ini pedagang muslim Arab telah memperkenalkan Islam kepada bangsa Turki .Untuk maksud ini,pedagang-pedagang Arab memasuki wilayah Turki dengan menembus rute-rute perjalanan baru yang bisa member manfaat bagi pengembangan Islam dan perdagangan .Langkah ini telah membuat bangsa Turki mengenal Islam melalui perhatian mereka atas budaya dan praktek agama yang dilakukan oleh bangsa Arab.
Sekalipun pada abad-abad pertama hijrah penaklukan telah dilakukan kedalam wilayah Turki, disamping usaha-usaha mempertahankan diri dari jarahan orang-orang Turki,keberhasilan pasukan Muslim memiliki sedikit pengaruh terhadap Islamisasi penduduk Turki. Dasar yang diletakan oleh nabi bagi orang-orang Ethiopia diterapkan kepada penduduk Turki : kebebasan beragama.. Islam diipeluk orang-orang Turki pada abad ke-4 (ke-10) secara sukarela pada tahun 291 (904) gelombang terakhir masuknya orang-orang kafir Turki keperbatasan wilayah Islam, yakni kerajaan Samaniyyah,dipukul mundur. Orang-orang muslim memasuki Bukhara dengan kemenangan untuk pertama kali. Bahkan yang lebih penting lagi Bukhara dengan kemenangan untuk pertama kali. Bahkan yang lebih penting lagi adalah penaklukan Asia Kecil oleh Saljuq pada abad ke-5 (ke-11).
Kemudian pada abad ke dua belas, wilayah konstantinopel ini kemudian dikuasai oleh Kesultanan/kekhalifahan Ottoman. Yang pada saat penaklukannya itu dipimpin oleh Muhammad al-Fatih. dan menurut sejarah pada masa raja inilah masa keemasan Kerajaan Turki Ottoman karena ditopang oleh rasa keagamaan Islam yang kental. Istanbul kemudian menjadi ibukota Turki Usmani.
Perkembangan Hukum Islam Di Turki
Perkembangan hukum Islam di Turki dapat dibagi  ke dalam tiga periode besar yaitu: periode awal (650-1250), periode pertengahan (1250-1800), dan periode modern (1800 sampai sekarang).
Pada periode awal, hukum Islam dilaksanakan secara murni sesuai dengan ajaran Alquran dan Sunnah bahkan cenderung tradisional dan konservatif.
Pada periode pertengahan sudah ada usaha untuk memasukkan hukum Islam ke dalam perundang-undangan negara. Dan di akhir periode pertengahan tersebut pemikiran pembaharuan hukum Islam sudah mulai muncul.
Pada periode modern terjadi pembaruan besar-besaran di Turki termasuk upaya Turkinisasi Hukum Islam yang dipelopori oleh Mustafa Kemal.
B.       Pemikiran Modern Kemal Attaturk dan Pengaruhnya
1.      Biografi Mustafa Kemal
Mustafa Kemal lahir di Salonika pada tahun 1881, orang tuanya Ali Riza bekerja sebagai pegawai biasa di salah satu Kantor Pemerintah di kota itu.  Ibunya bernama Zubeyde, seorang wanita yang perasaan keagamaanya sangat dalam. Ia seorang pemimpin Turki baru, yang menyelamatkan Kerajaan Usmani dari kehancuran total dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa. Ia adalah pencipta Turki modern dan atas jasanya ia mendapat  gelar Attaturk (Bapak Turki). Tatkala dipindahkan ke suatu desa di lereng gunung Olimpus, Ali Riza berhenti dari pekerjaanya sebagai pegawai Pemerintah dan membuka lapangan perdagangan kayu.  Di daerah itu memang banyak terdapat kayu.  Tetapi dagangannya banyak diganggu oleh kaum perampok yang berkeliaran di daerah itu. Ia pindah ke perusahaan lain tapi gagal.  Dalam keadaan susah, ia ditimpa penyakit dan tidak lama kemudian meninggal dunia.
Pada permulaan masa belajarnya, atas desakan ibunya, ia dimasukkan ke madrasah, tetapi karena tidak senang belajar di sana, ia selalu melawan guru. Ia kemudian dimasukkan orang tuanya ke sekolah dasar modern di Salonika. Selanjutnya, ia memasuki Sekolah Militer Menengah atas usahanya sendiri.  Dalam usia empat belas tahun, ia tamat dari sekolah ini dan meneruskan pelajaran pada Sekolah Latihan Militer di Monastiri.  Pada tahun 1899, setelah menyelesaikan pelajaran di Sekolah Latihan Militer, ia memasuki Sekolah Tinggi Militer di Istambul.  Ijazahnya ia peroleh enam tahun kemudian dan ia mendapat pangkat kapten.
Ketika belajar, Mustafa Kemal sudah mengenal politik melalui temannya yang bernama Ali Fethi.  Dialah yang mendorongya untuk memperkuat dan memperdalam pengetahuan tentang bahasa Perancis sehingga ia dapat membaca karangan filosof-filosof Perancis seperti Rousseau, Voltaire, Ausguste Comte, Montesquie dan lain-lan.  Di samping itu , sejarah dan sastra juga menarik perhatiannya.
Tatkala Mustafa Kemal belajar di Istambul, terjadi penolakan terhadap kekuasaan Sultan yang absolut, yakni sultan Abdul Hamid.  Pada saat itu, Perkumpulan rahasia dari berbagai kalangan masyarakat terbentuk. Mustafa beserta teman-temannya dari kalangan  sekolah membentuk suatu komite rahasia dengan menerbitkan surat kabar yang ikut mendukung kritikan terhadap pemerintah absolut Sultan.
2.      Pemikiran Kemal Attaturk
a.      Politik Mustafa Kemal
Mustafa Kemal Setelah selesai belajar, ia terjun dalam bidang politik. Dari kegiatan politik yang ia lakukan menjadikan Mustafa bersama teman-teman seperjuangan ditangkap dan selanjutnya dimasukkan ke dalam penjara selama beberapa bulan. Setelah itu, ia bersama teman-temannya diasingkan ke luar Istambul. Mustafa Kemal dan Ali Fuat dibuang Ke Suriah.
Selama masa pembuangan, ia tidak melepaskan kegiatan politik dan sering mengadakan pertemuan dengan para pemuka yang dibuang ke negeri ini.
Pada tahun 1906 terbentuklah perkumpulan vaton (tanah Air).  Mustafa Kemal menjabat sebagai perwira sehingga dapat berkunjung ke kota-kota lain.  Untuk membentuk cabang-cabang di daerah lain, seperti Yaffa, Yerussalem dan Bairut, ia tidak terlalu mengalami kesulitan, seingga ia menemukan daerah yang strategis, yakni di Salonika.
Cuti sakitnya yang diperolehnya, ia gunakan untuk mengunjungi kota kelahirannya. Kesempatan itu juga tidak disia-siakan untuk membentuk cabang dari perkumpulan yang didirikan di Damsyik. Hanya saja nama cabang di daerah kelahirannya diubah menjadi varon ve Hurriyet (tanah air dan Kemerdekaan).
Selanjutnya pada tahun 1907 Mustafa Kemal dipindahkan ke Salinika untuk bekerja sebagai staf umum.  Di daerah ini, perkumpulan Persatuan dan Kemajuan telah terbentuk sekaligus merupakan pusat perkumpulan persatuan dan kemajuan.  Perkumpuan Persatuan dan Kemajuan mempunyai pengaruh yang lebih besar di bandingkan perkumpulan vaton ve Hurriyet. Dengan berbagai pertimbangan, Mustafa turut menggabungkan diri dalam gerakan Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan.  Saat itu ia tidak memegang peranan yang berarti karena belum dapat menandingi para seniornya seperti Enver, Talet dan Jewal.
Pada saat dilangsungkannya konferensi Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan yang diadakan di Salonika, ia diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya, Mustafa memberi isyarat tetang bergabungnya partai dan tentara menjadi satu dalam perkumpulan tersebut.  Mustafa mempunyai pandangan bahwa: Penggabungan tersebut tidak menguntungkan dalam suatu perjuangan. Agar negara dan Konstitusi dapat dipertahankan, diperlukan tentara yang kuat di satu pihak dan partai yang kuat di pihak lain. Perwira yang harus tunduk kepada kepala dapat menjadi prajurit yan tidak baik dan sekaligus juga politikus yang tidak baik.  Ia akan mengabaikan kewajiban-kewajiban militernya sehingga mempermudah musuh mengadakan gerakan perlawanan seperti yang diadakan oleh Sultan Abdul Hamid. Dalam pada itu, hubungannya dengan rakya terputus dan terjadilah kekacauan politik seingga timbullah perasaan tidak senang di kalangan rakyat. Perwira diberi altenatif memilih, tinggal dalam partai dan keluar dari tentara atau tinggal dalam tentara dan keluar dari partai.  Selanjutnya harus dikeluarkan undang-undang yang melarang perwira menjadi anggota partai. Pendapatnya ini kurang mendapat sambutan dari konferensi.
Mustafa Kemal dan Ali Fathi tidak sependapat dengan politik yang dilakukan oleh Ever, Talet dan Jemal. Tanpa segan, Mustafa, dan Ali mengeluarkan kritik terhadap tiga pemimpin tersebut.  Selanjutnya pada tahun 1913 Ali dibuang ke Sofa sebagai Duta, sedangkan Mustafa ikut sebagai Atase Milliter.  Dari situlah Mustafa berkenalan langsung dengan peradaban Barat yang menarik perhatiannya, terutama pemerintah parlementer.
Tatkala pecah Perang Dunia I, Mustafa ditarik kembali menjadi Panglima Militer Devisi 19.  Dalam medan pertempuran, ia mampu menunjukkkan keberanian dan kecakapannya di daerah Gallipo dan daerah perbatasan Kaukakus. Karena kemampuan dan kecakapannya dalam medan pertempuran, ia dinaikkan pangkatnya dari kolonel menjadi Jenderal. Mustafa juga menerima gelar Pasya. Hubungannya dengan para pemimpin Perkumpulan Persatuan dan Kemajuan, tetap kurang lancar. Mustafa menyalahkan politk Enver Pasya dan kawan kawannya yang melibatkan Kerajaaan Usmani dalam kancah Perang Dunia I.  Ia pun mengundurkan idri dari perkumpulan tersebut.
Selesai Perang Dunia I, Mustafa diangkat menjadi Panglima dari semua pasukan yang ada di Turki.  Ia ditugaskan untuk membebaskan daerah-daerah yang telah jatuh ke tanggan sekutu, seperti Izmir dan Smyrna dari penguasa asing.  Dengan bantuan dari kalangan rakyat yang membentuk gerakan-gerakan pembela tanah air, ia dapat memukul mundur dan membebaskan daerah wilayah Turki dari penjajah asing.
Kemudian bersama teman-teman yang berhaluan nasionalis, seperti Ali Fuad, Dauf dan Refat, ia menentang perintah-perintah yang datang dari Sultan di Istambul, karena perintah itu banyak bertentangan dengan kepentingan Nasional Turki. Sultan Istambul saat itu masih berada di bawah pengaruh sekutu.
Dalam keadaan seperti itu Mustafa melihat perlunya diadakan pemerintahan tandingan di Anatolia.  Segera ia dengan rekan-rekannya mengeluarkan maklumat yang berisi pernyataan-pernyataan berikut:
1)        Kemerdekaan tanah air sedang dalam keadaan bahaya
2)        Pemerintah di ibukota terletak di bawah kekuasaan Sekutu dan oleh karena itu tidak dapat menjalankan tugas
3)        Rakyat Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari kekuasaan asing.
4)        Gerakan pembela tanah air yang telah ada harus dikoordinasikan oleh panitia nasional pusat.
5)        Untuk itu perlu diadakan kongres.
Dengan tersiarnya pengumuman ini, Mustafa diperintahkan datang ke Istambul, tetapi ia menolak sehingga ia dipecat dari jabatannya sebagai Panglima. Mustafa keluar dari dinas tentara dan ia  diangkat oleh Perkumpulan Pembela Hak-hak Rakyat cabang Erzurum sebagai ketua.
Kongres yang diadakan pertama kali di Erzurum  menghasilkan untuk membela serta mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan tanah air dan mengadakan rapat Majelis Nasional dalam waktu singkat.  Kongres kedua diadakan di Sivas dan disini diputuskan Turki harus bebas dan merdeka dan selanjutnya dibentuk Komite Perwakilan Rakyat.  Mustafa jadi Ketua.
Dalam pada itu, juga diadakan pemilihan utnuk Parlemen di Istambul dan golongan nasionalis memperoleh mayoritas. Namun Parlemen tidak dapat bekerja karena selalu mandapat intervensi dari kalangan Sekutu dan akhirnya menunda pengadaan rapat sampai waktu tidak tentu. Banyak dari anggotanya menggabungkan diri dengan Mustafa di Anatolia.
Atas usahanya dapat dibentuk Majelis Nasional Agung pada tahun 1920. Dalam sidang di Angkara, yang kemudian menjadi ibukota Republik Turki, ia dipilih sebagi Ketua.  Dalam sidang tiu diambil keputusan-keputusan berikut:
1)        Kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat Turki
2)        Majelis Nasional Agung merupakan perwakilan rakyat tertinggi
3)        Majelis Nasional Agung bertugas sebagai badan legislatif dan badan eksekutif
4)        Majelis Negara yang anggotanya dipilih dari Majelis Nasional Agung menjalankan tugas pemerintah
5)        Ketua Majelis Nasional Agung merangkap jabatan Ketua Majelis Negara.
Usaha yang dilakukan terus menerus olehnya dan teman-temannya digolongkan nasionalis sehingga dan menguasai lingkungan sehingga sekutu mengakui mereka sebagai penguasa di Turki.  Secara de facto  de Yure , ditandatanganilah Perjanjian Lausanne pada tanggal 23 Juli 1923 dan pemerintah Mustafa mendapat pengakuan secara luar dari internasional.
Setelah perjuangan untuk memperoleh kemerdekan dapat diraih, selanjutnya ia menghendaki perjuangan baru lagi, yaitu perjuangan untuk meperoleh dan mewujudkan peradaban Barat di Turki. Untuk mewujudkan hararapan tersebut, ia mengadakan proyek pembaharuan dalam skala besar.
b.      Sekularisme Mustafa Kemal di Turki
Pemikiran pembaharuan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal dipengaruhi bukan hanya oleh ide-ide golongan Barat. Menurutnya Turki dapat maju hanya dengan meniru Barat.
Menurut Ahmed Agouglu, Mustafa dalam salah satu pidatonya menyatakan bahwa kelanjutan hidup di dunia peradaban modern menghendaki agar masyarakat mengadakan perubahan dalam diri sendiri.  Pada zaman yang ilmu pengetahuannnya membawa perubahan terus menerus bagi bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi tua dan usang, tidak dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat turki harus diubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat dan segala kegiatan reaksioner harus dihancurkan.
Lebih lanjut Ahmed mengatakan bahwa ketinggian suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan dalam bagian tertentu saja.  Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya saja, tetapi juga unsur tidak baiknya .  Peperangan antara Barat dan Timur adalah peperangan antara dua peradaban, yaitu Peradaban Barat dan Islam.  Dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai dari pakaian, perkakas rumah, sekolah dan institusi.  Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada kemunduran Islam, sedangkan Barat dengan sekulerismenya menimbulkan peradaban yang tinggi.  Jika berkeinginan untuk mempunyai wujud, rakyat Turki harus mengadakan sekulerisasi terhadap pandangan keagamaan.
Konsep nasionalise menurut Mustafa adalah nasionalisme Turki yang terbatas pada daerah geografisnya, dan bukan ide nosionalisme yang luas. Daerah gerografis Turki menurut Piagam Nasional tahun 1920 ditetapkan bahwa Turki melepaskan tuntutan teritorial terhadap daerah-daerah yang dahulu terletak di bawah Kerajaan Usmani kecuali daerah yag didalamnya terdapat mayoritas Turki.  Westernisme, sekulerisasi dan nasionalisme menjadi dasar pemikiaran pembaharuan yang dilakukannya.
Pembaharuannya terhadap bentuk negara dilakukan melalui sekulerisasi. Pemerintahan dipisahkan dari agama. Sultan di Istambul memang tidak ada lagi, namun sekutu masih menganggapnya sebagai penguasa Turki, Oleh sebab itu Sultan yang diundang untuk menghadiri perundingan perdamaian di Lausanne.
Kemudian melalui sidang Majelis Nasional Agung yang telah dibentuknya, Mustafa menjelaskan bahwa jabatan Khalifah dan jabatan Sultan adalah terpisah. Khalifah berada di Baghdad (pusat) sedangkan Sultan berada di daerah.  Oleh karena itu Turki juga harus dipisahkan.  Akhirnya diputuskan untuk menghapuskan jabatan Sultan dan yang ada adalah Khalifah yang tidak mempunyai wewenang kekuasaan duniawi, tetapi kekuasaan spiritual.
Dengan demikian Khalifah-khalifah di Istambul hanya merupakan lambang keislaman Turki. Penghapusan jabatan Sultan menghilangkan dualisme pemegang kekuasaan duniawi.  Dengan berbagai jalan diplomatik yang ditempuh, bentuk negara disetujui melalui Konstitusi tahun 1921 menjadi Negara Republik bukan kekhalifahan.  Sebagai Presiden terpilih adalah Mustafa Kemal Pasya.
Sekalipun bentuk negara telah republik dan kepala negara seorang presiden, namun Khalifah yang dipegang oleh Abdul Majid menimbukan kekacauan karena masih melaksanakan praktek-praktek lama, yakni sebagai kepala negara , dengan mengirim atau menerima wakil-wakil negara.
Selanjutnya, Mustafa berusaha menghapuskan jabatan Khallifah, spaya dualisme kepala negara dapat dihindari.  Dengan perdebatan yang sengit melalui Konverensi Majelis Nasional Agung pada tanggal 3 maret 1924 diputuskan menghapuskan jabatan Khalifah. Khalifah yang menjabat saat itu diperintahkan meninggalkan Turki bersama keluarganya perdi ke Swiss.
Dengan demikian, dualisme kepala negara telah hilang. Langkah mustafa selanjutnya adalah menghilangkan hubungan antara agama dan negara yang masih dijamin dalam konstitusi sebelumnya.  Berkat perjuangannya tercapailan harapan untuk membentuk negara Turki Sekuler tahun 1937 setelah ia menanamkan prinsip sekuler.
Dengan terbentuknya negara sekuler Turki, lembaga –lembaga keagamaan yang terdapat dalam pemerintahan, seperti Biro Syaikh Al Islam, Mahkamah Syariat dan sebagainya.  Bersama itu pula dikeluarkan berbagai peraturan atau undang-undang baru.
Westernisasi dan sekulerisasi yang dilakukan oleh pemerintahan Mustafa bukan hanya pada bidang institusi, tetapi mencakup bidang kebudayaan dan adat istiadat.  Sebab itu pemakaian terbus dilarang pada tahun 1925 dan sebagai gantinya dianjurkan pemakaian topi Barat.  Pakaian keagamaan juga dilarang dan rakyat Turki harus mengenakan pakaian barat baik pria atau wanita. Pada tahun 1935 dikeluarkan pula undang- undang yang mewajibkan warga negara Turki mempunyai nama belakang. Hari cuti resmi mingguan diubah dari hari Jumat menjadi hari Minggu.
Melihat perkembangan sebagaimana tersebut di atas, Republik Turki merupakan negara Sekuler. Walaupun begitu, apa yang diciptakan Mustafa Kamal belum negara yang betul- betul sekuler. Memang benar telah dihapus pemakaiannya dan pendidikan agama dikeluarkan dari kurikulum sekolah, tetapi Republik Turki Mustafa Kamal masih mengurus soal agama, melalui Departemen Urusan Agama, sekolah- sekolah pemerintah untuk imam dan khatib dan fakultas Ilahiyat dari Perguruan Tinggi Negara, Universitas Istambul.
Mustafa Kemal sebagaimana nasionalis dan pengagum peradaban Barat tidak menentang agama islam. Baginya Islam adalah agama yang rasional dan diperlukan oleh umat manusia. Namun, agama yang rasional ini telah dirusak oleh tangan manusia. Oleh sebab itu, ia melihat perlunya diadakan pembaharuan dalam soal agama untuk disesuaikan dengan bumi Turki. Al Quran perlu diterjemahkan ke dalam bahasa agar mudah dipahami rakyat Turki. Azan dalam bahasa Turki mulai dilaksanakan pada tahun 1931. Fakultas Ilahiyat dibentuk untuk mempelajari pembaharuan yang diperlukan itu. Namun, usaha itu tak berhasil dan pemikiran untuk mengadakan pembaharuan dalam islam melalui Pemerintahan ditinggalkan.
Sekularisasi yang dijalankan oleh Mustafa Kemal, tidak menghilangkan agama. Sekularisasinya berpusat pada kekuasaan golongan utama dalam soal negara dan dalam soal politik. Oleh karena itu, pembentukan partai yang berdasarkan agama dilarang, seperti partai Islam, partai Kristen, dan sebagainya. Yang terutama ditentangnya adalah ide Negara Islam, dan pembentukan negara Islam. Negara mesti dipisahkan dari agama. Institusi-institusi negara, sosial ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan harus dibebaskan dari kekuasaan syariat. Negara dalam pada itu, menjamin kebebasan bagi rakyat.
Paham sekularisme dan sekularisasi yang dijalankan Mustafa Kemal mendapat tantangan keras dari golongan Islam, tetapi ia berhasil melumpuhkannya.
Itulah pembaharuan yang telah dilakukan oleh Mustafa Kemal Pasya yang mewakili dari golongan nasionalis Turki. Ia meninggal dunia pada tahun 1938.
C.      Sejarah Perkembangan Islam di India
1.    Masuknya Islam di India
                        Islam diperkirakan masuk ke India pada abad ke tujuh melalui jalur perdagangan. Dalam rangka perluasan wilayah Islam, Khalifah Umar bin Khattab dan Usman bin Affan pernah merencanakan untuk menaklukkan India. Namun rencana itu baru bisa dilaksanakan secara efektif pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada masa itu awal dari kekuasaan Islam di India. Barulah gubernur Irak yang bernama Hajjaj bin Yusuf As-Saqifi pada masa khalifah Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik yang mengirimkan eksepedisi untuk menangani perampokkan kapal yang dilakukan oleh suatu kelompok yang dilakukan Raja Dahir (salah seorang penguasa di Sind) pada tahun 706 di Dybut (dekat karachi sekarang). Kapal-kapal yang dirampok tersebut berisi hadiah tanda persahabatan Raja Sri Lanka kepada khalifah al-Walid bin Abdul Malik. Eksedisi yang dipimpin oleh seorang jendral perang yang berusia delapan belas tahun bernama Muhammad bin Qasim dan sejak, itu Muhammad bin Qasim berhasil menguasai Dibul dan membebaskan para sandera. Bahkan Raja Dhahir sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut. Kemudian pada 713, wilayah Multan dikuasai Muhammad Qasim dan sejak itu Muhammad Qasim menjadi seorang gubernur Sind untuk pemerintahan Umayyah. Kecakapannya memimpin Sind mendorong banyak orang India masuk Islam.
Setelah Muhammad bin Qasim, ada 10 gubernur dari pemerintahan Umayyah dan 30 dari gubernur dari pemrintahan Abbasiyah yang melanjutkan kekuasaan Islam di India sejak itu melalui kontak senjata antara penguasa Hindu India dan penguasa Islam di berbagai wilayah dekat India, secara bertahap bermunculan berapa wilayah kekuasaan Islam di daerah ini. Sebagai contoh ialah keberhasilan Dinasti Gasnawi menguasai wilayah India, antara lain Wahid Mulatan, Nardin, Thanisar, Barn, Mathura, setelah Gazanawi muncul sejumlah penguasa Islam lainnya seperti Dinasti Guri di India yang berlangsung dari 1173 hingga 1556. Kesultanan Delhi ini tercatat ada beberapa Dinasti yang berkuasa yaitu Dinasti Mamluk (1206-1290), Dinasti Khalji (1206-1320), Dinasti Tugluq (1320-1413), Dinasti Sayid (1414-1451), dan Dinasti Lody (1451-1526). Penguasa Dinasti Lody yang berakhir adalah Ibrahim Lody, tidak dapat memprtahankan kekuasaannya berbagai pemberontakan dan pertentangan Interen keluarga. Penguasa, Kabul, Bubur, saat itu berhasil menyelesaikan kericuhan dalam Dinasti Lody, sehingga pada 1526 ia berhasil menegakkan Dinasti Mughal di anak benua India.
2.    Perkembangan Islam di India
Peranan muslim India dalam pengembangan Islam dapat dilihat dalam empat tahapan: pertama, masa sebelum kerajaan Mughal (705-1526): kedua, masa kekuasaan Kerajaan Mughal (1526-1858); ketiga, masa kekuasaan Inggris (1858-1947); tahap keempat, Islam pada negara India sekular (1947 sampai sekarang).
Masuknya kaum muslimin ke anak benua India terjadi dalam tiga gelombang yang terpisah. Orang-orang Arab masuk pada abad ke-8, orang-orang Turki pada abad ke-12, dan orang-orang Afghan pada abad ke-16. Jauh sebelum kerajaan Mughal berdiri, sebenarnya sejak abad ke-1 Hijriah, Islam telah masuk ke India ketika Umar bin Khattab memerintahkan suatu ekspedisi. Pada tahun 643, setelah Umar wafat, orang-orang Arab menaklukkan Makran di Baluchistan. Pada masa pemerintahan Bani Umayah, Islam melanjutkan ekspedisi ke sana di bawah Panglima Muhammad bin Qasim yang berhasil menguasai Sind, dan mulai tahun 871 orang-orang Arab telah menjadi penghuni tetap di sana. Meskipun masih dalam abad pertama Hijrah Nabi, tanah-tanah Sind telah menjadi wilayah Kerajaan Islam, namun bagian terbesar dari tanah India belum takluk di bawah pemerintahan Islam. Raja-raja masih memerintah dengan kuat dibeberapa negeri yang besar, dan alam Hindu masih kuat dengan kuil-kuil dan pagoda.
Membicarakan kehadiran Islam di India serasa tidak lengkap kalau tidak menyebut peranan dinasti Ghasnawiyah. Meskipun bukan yang pertama kalinya ke India paling tidak pasukan Ghasnawiyah yang dipimpin oleh Sultan Mahmud makin meneguhkan posisi Islam di India. Dia berhasil mengembalikan posisi Islam di wilayah ini dengan menaklukkan raja-raja Hindu dan mengadakan pengislaman masyarakat India pada tahun 1020 M. keberhasilan ini ditopang oleh konsep ajaran Islam yang dibawanya, yang lebih menekankan persamaan derajat menggantikan sistem kasta yang berkembang di tengah masyarakat Hindu. Sultan Mahmud Gaznawi pada tahun 1020 berhasil menaklukan raja-raja Hindu di wilayah India dan mengislamkannya. Setelah Dinasti Gaznawi runtuh, muncullah dinasti kecil seperti Mamluk, Khalji, Tugluq, dan yang terakhir Dinasti Lody yang didirikan oleh Bahlul Khan Lody (w. 1489). Sampai akhirnya datang era kejayaan dinasti Mughal. Dengan demikian, Mughal bukanlah kerajaan Islam yang pertama di India.
Orang yang mendirikan kerajaan Mughal di India adalah Zahiruddin Babur (1482-1530M). Ia adalah salah seorang keturunan Timur ayahnya Umar Mirza adalah seorang penguasa di Asia Tengah. Sementara ibunya merupakan keturunan Jengis Khan. Sepeninggal ayahnya, Babur yang berusia 11 tahun mewarisi tahta kekuasaan wilayah Ferghana. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukkan Samarkand yang merupakan kota terpenting di Asia Tengah pada saat itu. Pertama kali ia gagal mewujudkan cita-citanya. Berkat bantuan dari Ismail, raja Safawi, ia meraih keberhasilan menaklukkan kota Samarkand pada tahun 1494. Kemudian pada tahun 1504 ia berhasil menaklukkan Kabul, ibukota Afghanistan. Dari Kabul inilah mengadakan ekspansi ke India yang diperintah oleh Ibrahim Lodi. Dinasti Lodi ketika itu sedang mengalami krisis dan mulai melemah pertahanannya sehingga inilah kesempatan yang dimanfaatkan oleh Babur untuk menumbangkannya. Dalam upaya yang sungguh-sungguh untuk menguasai India, pada tahun 1525, Babur berhasil menaklukkan Punjab. Perjalanan Babur kemudian berhasil memperoleh kemenangan sehingga pasukannya memasuki kota Delhi. Pada tanggal 21 April 1526M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian, berdirilah kerajaan Mughal di India.
Zahiruddin yang terlahir dengan nama Zahiruddin Muhammad dilahirkan pada tanggal 24 Februari 1403 dan meninggal pada tanggal 26 Desember 1530 di Farghana (Khokan), suatu negeri kecil tapi indah di Asia Tengah yang juga merupakan daerah kekuasaan ayahnya, Umar Mirza. Dia mendapat julukan Babur yang berarti “Si Macan” untuk menggambarkan keberaniannya.
Ketika terjadi kekacauan di negerinya, ia mengundang Muhammad Babur dari Kabul yang kemudian berhasil mendirikan Kerajaan Mughal. Ketika Mughal dipimpin oleh Aurangzeb, semasa kekuasaannya kerajaan Mughal sebagai salah satu kerajaan adi kuasa. Sehingga mengalami kesuksesan yang amat besar diberbagai bidang. Pertama dalam bidang futuhat Mughal berhasil menguasai daerah yang meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Gujarat, Melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Ahmadnagar, Ousra, Kashmir, Bajipur, Galkanda, Tajore, dan Trichinopoli. Kedua dalam bidang ekonomi, bahwa umat Islam pada waktu itu telah mengekspor kain ke Eropa, menghasilkan rempah-rempah, gula, dan lain-lain yang ketika itu semua merupakan komoditas ekspor. Ketiga dalam bidang pendidikan Mughal sangat cemerlang, mereka membangun masjid, perpustakaan, dan madrasah. Pengajaran waktu itu meliputi filsafat, logika, geometri, sejarah, politik, matematika, dan ilmu agama. Selain itu juga dibangun sekolah - sekolah tinggi. Keempat bidang arsitektur, dapat dilihat dari bangunan – bangunan yang indah seperti Benteng Merah, Masjid Jami’, istana megah di Delhi dan Lahore, dan yang termasuk salah satu dari tujuh keajaiban dunia adalah Taj Mahal di Agra.
Kemajuan Mughal di bidang politik dan militer memuncak pada masa pemerintahan Babur, Akbar dan Aurangsab.  Sementara bidang seni khususnya seni bangunan atau arsitektur mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Syah Johan, sebagaimana bidang agama khususnya hukum Islam pada masa Aurangzab. Adapun kemajuan di bidang ekonomi khususnya pertanian terjadi pada masa pemerintahan Akbar.
Ada beberapa faktor yang mendukung kemajuan tersebut, antara lain di bidang politik dan militer adalah faktor dan keuletan para sultannya; di bidang seni dan budaya karena terjadinya akulturasi budaya pendatang dengan suku-suku di India; dan  di bidang ekonomi adalah faktor kesuburan tanah dan strategis wilayahnya.
Sejak masuknya Inggris di India, rakyat India terutama umat Islam protes dan melawan melalui beberapa wadah, diantaranya gerakan pemberontakan Faqir yang terjadi selama 40 tahun. Karena itu, penjajahan Inggris atas India bagi muslim berarti kehilangan pengaruh politik, ekonomi, budaya, dan agama Islamnya. Hal itu menyebabkan jatuhnya imperium Mughal, sejak itu Muslim India (termasuk Pakistan dan Bangladesh sekarang) merasa semakin dikesampingkan oleh kekuasaan penjajah Inggris. Penderitaan ini semakin bertambah setelah Inggris bekerjasama dengan orang-orang Hindu dan Sikh dalam memerangi kaum muslimin.
Walaupun demikian, kebangkitan muslim modern bersamaan dengan semua pengaruh muslim. Namun hal ini tidak memperoleh cukup jaminan dari mayoritas Hindu untuk melindungi identitas, budaya, dan agama orang-orang muslim. Oleh sebab itu, hal ini menyebabkan terciptanya Pakistan yang akhirnya terpecah menjadi dua (Pakistan dan Bangladesh). Orang Islam merasa nasibnya jauh lebih membaik di dua negara merdeka itu, karena mendapatkan kemerdekaan serta kedaulatan untuk hidup selamanya. Namun sebaliknya, muslim yang hidup di daerah mayoritas Hindu yang membentuk republik India mengalami situasi yang memburuk.
Umat Islam di India menyebar di negara-negara bagian: Uttar Pradesh, Bengali Barat, Bihar, Kerala, Assam, Andra Pradesh, Maharashtra, Kashmir, Tamil Nadu, Gujarat, Karnataka, dan Madya Pradesh. Kebanyakan muslim India adalah petani.
Pada saat ini, kebudayaan Islam India, dengan keserbasamaannya yang menyeluruh dibanding dengan kebudayaan Hindu di anak benua ini, mempunyai dua praktik yang sedikit berbeda antara Muslim di daerah Utara dan Selatan India. Di Utara, Muslim kebanyakan menganut madzhab Hanafi, berbahasa Urdu atau Benggali. Di Selatan, Muslim mengikuti madzhab Syafi’i dan umumnya berbahasa Tamil.
Sekitar 90% Muslim di India beraliran Sunni dan umumnya menganut madzhab Hanafi. Diantara aliran Sunni, ada sekitar empat juta muslim bermadzhab Syafi’i, kebanyakan di negara bagian selatan. Sisanya kebanyakan aliran Syi’ah madzhab Ja’fari di negara-negara bagian barat laut.
Adapun kesimpulan dari kajian ini adalah:
a.        Masuknya Islam ke India diperkirakan pada abad ke-7 melalui jalur perdagangan. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus di mana gubernur Irak yang bernama Hajjaj bin Yusuf As-Saqifi pada masa khalifah Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik yang mengirimkan eksepedisi untuk menangani perampokkan kapal yang dilakukan oleh suatu kelompok yang dilakukan Raja Dahir yang dipimpin oleh Muhammad bin Qasim. Keberhasilan Muhammad Qasim menangani masalah ini dan menjadi seorang gubernur Sind untuk pemerintahan Umayyah mendorong banyak orang India masuk Islam.
b.      Perkembangan Islam di India dapat dilihat dalam empat tahapan: pertama, masa sebelum kerajaan Mughal (705-1526): kedua, masa kekuasaan Kerajaan Mughal (1526-1858); ketiga, masa kekuasaan Inggris (1858-1947); tahap keempat, Islam pada negara India sekular (1947 sampai sekarang).
D.      Proses Terbentuknya Negara Islam Pakistan
Pemukiman pertama wilayah Balukistan yang merupakan salah satu wilayah Pakistan sekarang, sudah ada dan berlangsung sejak tahun 3500 SM. Dari Balukistan para pemukim tersebut bergerak ke Timur menyusuri lembah Sungai Indus. Mereka berinteraksi dengan bangsa Arya. Perpaduan ini kemudian lahirlah kerajaan Gandhara di Lembah Sungai Indus. Hal ini diketahui berdasarkan catatan yang dibuat oleh orang Budha pada abad ke-6 dan 5 SM. Tahun 327 Alexander Agung menghancurkan kerajaan tersebut. Pakistan kemudian ditaklukkan dan menjadi bagian dari India pada masa kerajaan Muria pada abad ke-3 SM. Akhirnya daerah sungai Indus menerima pengaruh Hindu yang sangat kuat sekitar tahun 320-540 M. Akan tetapi daerah ini kemudian ditaklukkan oleh orang-orang Islam sekitar abad ke-8 M, sehingga melemahkan pengaruh Hindu. Pada sekitar abad ke-13 M umat Islam mulai mengkonsolidasikan kekuasaannya di seluruh wilayah India yang kini menjadi Pakistan serta membentuk kesultanan di sekitar New Delhi Kaum muslimin mengenal daerah ini dengan sebutan Sind sejak tahun 711 M, ketika panglima Muhammad bin Qasim dari kerajaan Bani Umayya menyerbu wilayah ini. Selama tiga tahun pemerintahan Bani Umayya periode khalifah Al-Walid menduduki daerah ini tepatnya di daerah Indus bawah. Selanjutnya 300 tahun kemudian pasukan Abbasiyah di bawah pimpinan Mahmud Gazna (973-1073) anak panglima Turki Alptakan menggantikan dan menyempurnakan pendudukannya tahun 1030 M, ia mampu menguasai India Utara dan Lahore.
Pada abad ke- 16 Dinasti Mughal menguasai seluruh wilayah anak benua ini dengan rajanya yang pertama bernama Babur, keturunan Timur Lenk yang mulai memerintah tahun 1530. Akan tetapi kejayaan Mughal hancur bersamaan dengan masuknya Inggris di India. Pada tahun 1757, Serikat Dagang Hindia Timur Inggris menaklukkan kerajaan Mughal dan selama lebih dari seabad. Serikat Dagang ini menguasai sebagian besar anak benua India. Tahun 1858 pemerintah Inggris mengambil alih tanggung jawab pemerintahan menyusul pemberontakan tentara asli India yang direkrut pasukan Bengal.
Nasionalisme Pakistan berawal ketika terjadinya pertentangan antara Hindu dan Islam. Pertentangan ini terjadi karena umat Islam merasa bahwa mereka diabaikan oleh Kongres Nasional India Bersatu tahun 1885 yang didominasi oleh orang-orang Hindu. Setelah perang dunia I, pihak Islam mulai melakukan gerakan dengan membangun konsolidasi internal dalam rangka menuntut kemerdekaan dan melepaskan diri dari India. Rencana pembentukan negara Islam merdeka yang lepas dari India, mendapat kecaman keras dari Jami’at al-Ulama (Perkumpulan Ulama-ulama India). Menurut mereka bahwa pembentukan negara Pakistan yang terpisah dari India tidak akan menyelesaikan masalah. Alasan tersebut didasarkan pada fakta bahwa di India terdapat banyak kaum muslimin yang telah lama hidup berdampingan dengan baik. Kaum agama tersebut melakukan persekutuan dengan para tuan tanah. Di bawah pemerintahan Inggris mereka dikukuhkan atas hak kepemilikan tanah mereka, melindungi dari persaingan kepentingan financial dengan pihak Hindu, bahkan beberapa tanah tambahan diberikan kepada mereka. Pada tahun 1945 Liga Muslim mendesak para pemuka agama bahwa apapun kepentingan lokal mereka, sebuah negara muslim yang dijalankan oleh muslim untuk mempertahankan prinsip-prinsip pola kehidupan muslim, mutlak diperlukan.
Ide tentang pembentukan negara tersendiri bagi umat Islam bermula dari Sayyid Ahmad Khan ketika beliau mencetuskan gagasan komunalisme (kelompok umat Islam yang berdiri sendiri). Gagasan ini dikembangkan sebagai rumusan Pakistan dalam pengertian sebuah negara tersendiri bagi umat Islam, pertama kali dicetuskan oleh Muhammad Iqbal, ia mengatakan bahwa India pada hakekatnya tersusun dari dua bangsa yang besar yaitu bangsa Islam dan bangsa Hindu. Umat Islam India harus menuju pada pembentukan negara tersendiri terpisah dari negara Hindu di India. Tujuan pembentukan negara tersendiri ini ditegaskan dalam rapat tahunan Liga Muslim tahun 1930 yakni” saya ingin melihat Punjab, daerah perbatasan utara, Sindhi dan Balukhistan, bergabung menjadi satu negara” Disinilah ide pembentukan negara tersendiri diumumkan secara resmi. Kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India. Oleh karena itu wajar kalau Iqbal di pandang sebagai Bapak Pakistan, tugas Ali Jinnah adalah mewujudkan cita-cita menjadi negara Islam Pakistan yang berdaulat.
Perjuangan Muhammad Ali Jinnah mewujudkan cita-cita tersebut di atas diawali dengan perjuangannya bersama dengan Liga Muslim untuk bekerjasama dengan partai Kongres Nasional dan para pemimpinnya. Tetapi lama kelamaan ia melihat bahwa sangat sulit untuk menciptakan nasionalitas antara orang Hindu dan orang muslim, karena dia melihat realita yang berkembang dalam masyarakat India. Pada tahun 1913 M. Muhammad Ali Jinnah masuk Liga Muslim India, dan tahun itu juga terpilih menjadi Presiden Liga Muslim. Pada saat Ghandi mengeluarkan konsep nasionalisme India yang di dalamnya bergabung umat Islam dengan Hindu menjadi satu bangsa, Ali Jinnah mengundurkan diri dari Liga Muslim dan menetap di London sebagai pengacara. Setelah Liga Muslim membutuhkan pemimpin yang lebih aktif, beliau diminta untuk pulang oleh teman-temannya, kemudian beliau dipilih kembali untuk memimpin Liga Muslim. Berkat kepemimpinannya Liga Muslim menjadi gerakan yang lebih kuat. Setelah memimpin Liga Muslim, Ali Jinnah mengawali kegiatannya dengan menyusun langkah-langkah baru memperjuangkan pemerintahan independen untuk muslim India, kemudian melakukan konsolidasi bagi Liga Muslim dengan mengadakan sidang tahunan di Bombay pada bulan April 1936, yang bertujuan untuk menyempurnakan anggaran dasar organisasi yang lebih demokratis. Selanjutnya menyusun organisasi untuk menghadapi pemilihan dewan pusat dan propinsi. Kemudian mengadakan kunjungan ke daerah-daerah untuk mendapatkan dukungan bagi kandidat dari Liga Muslim.
Langkah awal Ali Jinnah belum mampu memperlihatkan kekuatan yang berarti, kenyataannya Liga Muslim kalah dalam pemilihan majelis propinsi tahun 1937 partai kongres yang mendominasi kursi majelis. Ketika itu Nehru mengatakan dengan sombongnya bahwa India hanya dua partai yaitu partai kongres dan pemerintah Inggris. Di sini nampak jelas bahwa Liga Muslim seakan-akan tidak ada. Inilah yang menjadi pendorong pertentangan yang tajam antara Hindu dan Islam, serta semakin tersudutnya umat Islam dalam kancah politik. Namun Ali Jinnah tidak gampang menyerah. Menurutnya alternatif yang paling tepat bagi penyelesaian Hindu dan Islam di India adalah adanya tanah air tersendiri bagi umat Islam. Dari sinilah umat Islam berjuang demi lahirnya negara Islam.
Persetujuan mengenai pembentukan negara tersendiri untuk umat Islam India sebagai tujuan perjuangan Liga Muslim, dibahas dalam rapat tahunan Liga Muslim tahun 1940, sidang kemudian menyetujuinya, dengan memberi nama negara dengan nama Pakistan. Tentang nama Pakistan menurut salah satu sumber berasal dari seorang mahasiswa India di London bernama Khaudri Rahmat Ali, ia sangat tertarik dengan pidato Iqbal mengenai konsep negara muslim. Ia mengumpulkan huruf awal dari lima wilayah yaitu “P” diambil dari Punjab, “A” dari Afghanistan, “K” dari Khasmir, “S” dari Shindi, “Tan” dari Baluchistan. Sumber lain menyatakan bahwa Pakistan berasal dari kata Persi yaitu “Pak” berarti suci, dan “Stan” berarti negara, jadi Pakistan berarti negara suci.
Dengan dasar persetujuan yang jelas ini, Liga Muslim mendapat sokongan yang luar biasa dari umat Islam dan kedudukannya semakin bertambah kuat. Sebaliknya, tokoh-tokoh muslim yang bernaung di bawah partai Kongres Nasional India kehilangan pengaruh, bahkan sebagian mereka meninggalkan partai Kongres kemudian bergabung dengan Liga Muslim. Dengan demikian Jinnah dan Liga Muslim semakin bertambah kuat, terlihat dari hasil perolehan suara terbanyak di beberapa daerah dalam pemilihan tahun 1946.15 Pengaruh gerakan Liga Muslim yang dipimpin oleh Ali Jinnah merupakan pukulan bagi para tokoh partai Kongres. Dengan demikian mereka berupaya dengan gigih membendung pengaruh gerakan tersebut. Pada tahun 1944 terjadi perundingan yang sengit antara Ali Jinnah dengan Ghandi mengenai aksi bersama terhadap Inggris, tetapi karena perbedaan pendapat tentang masa depan India, akhirnya perjumpaan itu tidak membawa hasil. Pada tahun itu juga Ali Jinnah memaparkan dua masalah penting yang berkaitan dengan Pakistan. Kedua masalah ini adalah geografi Pakistan dan bentuk pemerintahannya. Rencana bentuk pemerintahannya adalah demokrasi.Pada tahun 1945 M. Inggris mulai mengadakan pembicaraan mengenai kemerdekaan India, namun selalu mengalami kegagalan. Pada akhirnya Inggris memutuskan untuk membentuk pemerintahan sementara yang ditentukan oleh Inggris. Usaha ini ditentang oleh Ali Jinnah, karena penyusunan pemerintahan sementara di lakukan dengan sepihak, sehingga menimbulkan hura-hara. Menurut Ali Jinnah dengan situasi seperti ini tidak mungkin diadakan sidang Dewan Konstitusi pada bulan Desember 1946. Setahun kemudian keluarlah putusan Inggris untuk menyerahkan kedaulatan kepada dua dewan konstitusi, satu untuk Pakistan dan satu untuk India. Pada tanggal 14 Agustus 1947, Dewan Konstitusi Pakistan dibuka dengan resmi, dan keesokan harinya tanggal 15 Agustus 1947 Pakistan lahir sebagai negara berdaulat bagi umat Islam India. Ali Jinnah diangkat menjadi Gubernur Jendral dan mendapat gelar Qaid-i- Azam (pemimpin besar) dari rakyat Pakistan. Sejak berdirinya negara Pakistan, umat Islam mencoba menerapkan konsep Islam tentang sebuah negara. Mereka memasuki masa pencarian yang terus menerus tentang apa sebenarnya negara Islam itu. Persoalan itu merupakan bahan polemik yang berkepanjangan di kalangan tokoh-tokoh Islam, baik yang berpendidikan Barat maupun ulama.
Sistem pemerintahan diajukan oleh Majelis Nasional dengan berpedoman kepada Rancangan Undang-Undang hasil sidang Liga Muslim pada bulan Maret 1940, yaitu harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. Di samping itu dikeluarkan keputusan yang berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan undang-undang tersebut yang antara lain memuat prinsip-prinsip demokrasi, hak-hak kebebasan, persamaan, toleransi dan keadilan sosial sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis.
Biografi Tokoh-tokoh Pemikir Terbentuknya Negara Islam Pakistan
1            1.  Muhammad Ali Jinnah
Muhammad Ali Jinnah adalah anak saudagar dan lahir di Karachi pada tanggal 25 Desember 1876 M. Di masa remaja ia telah pergi ke London untuk meneruskan studi dan di sanalah ia memperoleh kesarjanaanya dalam bidang hukum di tahun 1896 M.
               2.   Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876 M. untuk meneruskan studi kemudian ia pergi ke Lahore dan belajar di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold, seorang Orientali, yang menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan studi di Inggris. Di tahun 1905 ia pergi ke negara ini dan masuk ke Universitas Cambridgeuntuk mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich di Jerman dan di sinilah ia memperoleh gelar Ph.D dalam Tasawuf.

0 comments:

Post a Comment

Translate

Sponsor

 
Dosen Blogger © 2018